KOMPARASI.ID – Di tengah semaraknya acara Halal bi Halal Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Gorontalo, suasana tiba-tiba menjadi tegang ketika Hamzah Sidik Djibran, memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Pukul 22.20 Wita, (15/4/2024).
Fadel Muhammad, yang kini menjabat sebagai Wakil MPR RI, harus dihentikan ketika memberikan sambutan di acara tersebut.
Pada sambutan tersebut, Fadel Muhammad menyoroti konsentrasinya yang ingin mendapatkan pemimpin Provinsi Gorontalo ke depan terutama gubernur yang bagus.
“Saya menyadari telah berbuat kesalahan ketika memberi dukungan kepada Rusli Habibie menjadi gubernur Gorontalo. Saya tahu saya berbuat kesalahan. Ketika saya mendukung saudara Rusli Habibie menjadi gubernur, pada saat itu saya berpikir dia yang paling bagus, saya dukung. Tetapi di tengah jalan, dia berubah pikiran,” kata Fadel.
Fadel, yang juga mantan Gubernur Gorontalo dua periode, sempat berpikir bahwa Rusli Habibie adalah sosok yang layak untuk menjadi Gubernur dan akan melanjutkan kepemimpinannya sebagai mantan Gubernur dua periode. Namun, setelah di tengah jalan, Rusli malah berubah pikiran dan tidak mau melanjutkan programnya.
“apa yang saya buat dia tidak mau lagi, dia ingin berbeda sendiri. Orang tidak perlu memiliki warna sendiri. Yang penting adalah program kepentingan orang banyak yang diutamakan. Saya tidak pernah membanggakan hal itu, tetapi kepentingan rakyat yang kita dambakan,” ujarnya.
Sehingga ia kembali berfikir hanya ada dua tokoh nasional yang bagus untuk menjadi Gubernur Gorontalo, diantaranya Zainuddin Amali dan Rachmat Gobel.
“Saya berpikir hanya dua tokoh nasional yang bagus untuk menjadi gubernur Gorontalo. Salah satunya, saya berpikir saudara Zainuddin Amali. Saya datangi dia, saya bicara dengan dia, bicara sampai baru-baru ini ada rapat di Golkar buka puasa dengan presiden terpilih Prabowo, baru dia bilang kepada saya, ‘Pak Fadel, saya minta maaf, saya tidak bisa meneruskan untuk menjadi calon gubernur Gorontalo’. Saya kecewa. Saya bilang kepadanya, ‘Adinda, saya kecewa karena saya dan dia dekat sekali’,” jelasnya.
Usai menemui Zainuddin, Fadel juga menemui tokoh Gorontalo, Rahmat Gobel. Ia telah menemuinya empat kali dan berbicara untuk membujuk agar Rahmat menjadi gubernur.
Kata Fadel, Rahmat Gobel menyampaikan padanya, “Kanda Bang Fadel, saya ini sulit untuk meninggalkan bisnis yang ada di Jakarta ini.” Ya sudah saya bicara dengan Surya Palo, ketawa-ketawa. Ya terserah dia katanya, Tapi kelihatannya, Pak Rahmat bertahan di sana.
jadi tokoh yang saya lihat nasional ini sudah tidak ada yang dalam perhitungan saya, ada juga yang lain tapi saya tidak perhitungkan sekarang kita tinggal punya tokoh lokal.
tokoh lokal yang sudah jadi artinya yang sudah bekerja di Gorontalo yang pertama adalah Marten Taha Walikota Gorontalo yang kedua adalah Prof Nelson yang ketiga Hamim nah kebetulan tiga-tiganya adalah kahmi
Kata Fadel, Tetapi ia melihat, artinya dari ketiga tokoh ini kita harus memilih dua gubernur dan wakil gubernur, ia pun sudah bicara dengan Airlangga.
“Saya sudah bicara dengan PAk Airlangga yang merupakan adik saya di Golkar, agar supaya Pak Marten diangkat menjadi PLT Golkar, sehingga dia bisa mengatur Golkar dan dia bisa pegang tanggung jawab, Tapi Pak Erlangga masih mempertimbangkan melihatnya. selama saya menjabat di Golkar Gorontalo, Saya di sini 23 kursi itu jaman saya dulu. Sekarang 9 kursi di DPRD dan kini tendensinya menurun maka saya bilang harus segera”tuturnya
Jangan lupa kejadian Idris Rahim ketika itu, Pak Rusli Habibie sudah memutuskan mengambil wakil gubernur adalah Almarhum Bupati Boalemo, Iwan Bokings. Sudah membuat 1000 poster, sudah membuat semuanya.
“Mereka datang kepada saya, dan semua orang Golkar tahu. Begini, saya bilang, kamu harus mengambil orang birokrasi karena kamu punya kelemahan Rusli dalam bekerja. Birokrasinya yang bagus, Idris Rahim,” tutur Fadel.
“Mereka tidak mau. Begini-begini, besoknya mereka balik lagi kepada saya, ‘Pak Fadel, kami mau terima, tetapi satu syaratnya, Pak Idris harus bawa partai’,” jelasnya.
“Mereka pikir saya tidak bisa menggerakkan partai. Di depan mereka, saya telepon Pak Surya Darma Ali, ketua PPP. Besok saya ketemu dengan beliau, bicara di kabinet langsung, disetujui Idris Rahim mewakili PPP.”tuturnya
Kata Fadel dalam sambutannya, Artinya ia masih punya pengaruh dan teman-teman di partai, apa lagi sekarang ia menjabat wakil ketua MPR,
“Semua pimpinan MPR, partai-partai, semua itu, semua makan dengan saya, bercanda dengan saya. Dan saya di MPR ini wakil ketua yang membidangi keuangan. Jadi ketergantungan mereka sangat besar terhadap saya. Uang itu kan seperti darah dalam badan, jadi mereka semua dekat sama saya, jadi saya bisa mempengaruhi mereka.”tegasnya
Di tempat terpisah, Hamzah Sidik Djibran, Alumni HMI Cabang Bandung, mengatakan, bahwa karena Fadel Muhammad masih tetap melanjutkan sambutannya, dia memutuskan untuk mengambil tindakan lebih tegas.
“Ini sengaja saya lakukan karena saya sudah cukup sabar, sekitar 15 menit di belakang,” ungkap Hamzah.
Dia menegaskan bahwa tindakannya bukan bermaksud kasar, mengingat ini adalah forum Halal bi Halal.
Hamzah tidak ingin berlaku kasar kepada senior, terutama kepada Fadel Muhammad yang juga mantan gubernur.
“Kami, yang berbeda pandangan dengan dia, tidak ingin menyerang dia. Kami tidak ingin membuat masalah kepada yang bersangkutan, tetapi saya melihat banyak warga HMI dan KAHMI yang merasa tidak nyaman,” tegasnya.
Hamzah yakin bahwa banyak senior yang hadir merasa tidak nyaman dengan apa yang disampaikan Fadel Muhammad, tapi mereka mungkin tidak tahu bagaimana cara menegurnya.
“Mumpung saya masih muda dan mantan demonstran, saya tidak memperhitungkan lagi siapa Fadel Muhammad, yang saya pikirkan adalah menyelamatkan forum HMI dan KAHMI, karena saya adalah warga KAHMI dan HMI,” tambahnya.
Ditanya apakah Fadel Muhammad adalah alumni HMI, Hamzah membantah dengan tegas, menyatakan bahwa yang bersangkutan bukan warga KAHMI.
“Saya dari cabang Bandung, dia kuliah di Bandung ITB, dia tidak pernah dikenal di cabang Bandung sebagai alumni,” tegas Hamzah.
Hamsah menegaskan bahwa forum ini adalah Halal bi Halal, bukan tempat untuk menyampaikan kritik terhadap individu, seperti yang dilakukan oleh Fadel terhadap Rusli Habibie.
“Saya tidak suka ketika ada model-model Arab seperti itu,” katanya.
Hamzah menunjukkan bahwa umur politik dan kualitas politik Fadel Muhammad tidak pantas terlihat dalam pernyataannya malam itu.
Dia juga menegaskan bahwa dia (Fadel) bukan alumni HMI, “Saya masuk HMI tahun 98 dan saya paham siapa senior-senior saya di cabang Bandung. Fadel Muhammad bukan alumni HMI Bandung dan ini bisa dikonfirmasi oleh seluruh alumni cabang Bandung,” ungkap Hamzah Sidik Djibran.














