Maraknya Penangkapan Ikan Kakatua, Ancaman Serius bagi Ekosistem Terumbu Karang dan Pasir Putih

KOMPARASI.ID – Penangkapan ikan kakatua (Parrot Fish) yang semakin marak belakangan ini menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan pemerhati lingkungan dan ekosistem laut.

Ikan ini memiliki peran ekologis yang sangat penting dalam menjaga kesehatan terumbu karang dan keindahan pasir putih, sehingga keberadaannya sangat vital bagi kelestarian laut.

Dengan semakin banyaknya ikan kakatua yang ditangkap untuk konsumsi, ancaman terhadap keberlanjutan ekosistem laut pun semakin nyata.

Peneliti Kelautan dan Wisata Bahari, Gusnar Lubis Ismail, memberikan tanggapannya terkait isu ini.

Menurutnya, perlindungan ikan kakatua harus menjadi prioritas untuk memastikan kelangsungan hidup terumbu karang yang menjadi habitat bagi berbagai spesies laut dan menjaga keindahan pantai yang menjadi daya tarik wisata.

Pentingnya Peran Ikan Kakatua dalam Ekosistem Laut

Aturan hukum tentang pelarangan konsumsi ikan kakatua di Indonesia sejauh ini belum ada, karena mengkonsumsi ikan tersebut tidak berbahaya bagi manusia atau dijadikan pakan ternak.

“Himbauan pemerhati kelautan dan konservasionis lebih ke alasan fungsi ekologis,” tuturnya. (18/7/2024)

Baca Juga :  KONI Gorontalo Tegaskan Catatan Audit BPK Sudah Ditindaklanjuti

Ikan kakatua memiliki daging yang putih, empuk, lunak, serta berprotein tinggi dan kaya nutrisi.

Namun, penangkapan secara besar-besaran yang tidak berkelanjutan akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar, khususnya terumbu karang.

Fungsi ekologis ikan kakatua di perairan laut adalah sebagai pemakan alga yang menempel di life coral (karang hidup) yang mengganggu pertumbuhan terumbu karang.

Keterangan Foto : penangkapan ikan Kakatua dan diperjual belikan di pasaran

Dampak Eksploitasi Berlebihan

Eksploitasi ikan kakatua yang berlebihan akan membahayakan kelangsungan hidup terumbu karang, dan booming alga laut akan terjadi di wilayah yang sering dieksploitasi ikan tersebut, menyebabkan kematian karang.

Selain itu, ikan kakatua juga berfungsi sebagai penghasil pasir putih yang dikeluarkan lewat anus dengan memakan karang yang sudah mati dan ditumbuhi alga.

Karang mati yang termakan bersama alga laut meninggalkan permukaan karang mati yang bisa ditempeli spora karang untuk tumbuh kembali, baik karang sejenis ataupun jenis-jenis karang lainnya.

Arahan WWF Indonesia

Menurut Gusnar Lubis, arahan WWF Indonesia tahun 2015 terkait jenis dan ukuran ikan kakatua yang bisa dikonsumsi adalah sebagai berikut:

Baca Juga :  Presiden Prabowo Subianto Tegaskan Komitmen Indonesia untuk Palestina

1. Leptoscarus vaigiensis, panjang maksimal 35 cm, ditemukan pada kedalaman perairan kurang dari 10 meter.

2. Scarus dimudatus, panjang maksimal 40 cm, ditemukan pada kedalaman perairan 1 hingga 25 meter.

3. Scarus schlegeli, panjang maksimal 40 cm, ditemukan pada kedalaman perairan 1 hingga 25 meter.

4. Cetoscalus bicolor, panjang maksimal 70 cm, ditemukan pada kedalaman perairan 1 hingga 50 meter, dengan ukuran layak tangkap 40 cm.

5. Scarus cameleon, panjang maksimal 31 cm, dengan ukuran layak tangkap 24.8 cm, sering ditemukan di kedalaman perairan 3-30 meter.

6. Scarus festivus, panjang maksimal 45 cm, ditemukan di kedalaman 3 hingga 30 meter.

Kata Gusnar Lubis, Arahan WWF Indonesia menegaskan, ada jenis-jenis ikan kakatua yang tidak boleh ditangkap karena populasinya sangat penting perannya di perairan laut dan cepat berkurang di beberapa wilayah perairan laut dunia, termasuk Indonesia.

Baca Juga :  Akibat Korsleting Listrik, Gedung SMPN 8 Makassar Terbakar
Keterangan Foto : Ikan Kakatua (Parrot Fish) yang di jual

Perlindungan dan Pelestarian

Gusnar Lubis mengimbau agar nelayan, penghobby memancing, atau penangkap ikan dengan spear gun (panah) tidak menangkap spesies ikan kakatua tersebut.

Apabila tertangkap dengan pancing atau pukat, ikan kakatua sebaiknya dilepasliarkan kembali ke laut.

Sejauh ini, perlindungan dan pelestarian ikan kakatua hanya sebatas imbauan dan ajakan untuk tidak menangkapnya di alam untuk dikonsumsi.

Perlunya kesadaran dan tindakan nyata dari berbagai pihak sangat penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan keindahan pantai di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *