Ismet Mile, Birokrat Senior dan Pengalaman Sang Guru Zaman

KOMPARASI.ID – Berbicara dan membicarakan tentang sosok Ismet Mile, ibarat membaca lembaran-lembaran kertas dari buku kehidupan yang sarat kisah, cerita dan pengalaman sebagai guru zaman.

Ismet Mile boleh disebut sebagai sosok birokratnya birokrat, Camatnya Camat bahkan Bupatinya Bupati.

Mengawali karir sebagai Birokrat di Kab. Gorontalo pada era tahun 1970-an, Ismet Mile telah melewati masa-masa kepemimpinan Bupati Gorontalo mendiang almarhum Kasmat Lahay, almarhum Marten Liputo, mantan Bupati almarhum Imam Nooriman dan Bupati almarhum Ahmad Hoesa Pakaya atau Guru Ama.

Tampilnya deretan kepemimpinan di Kab. Gorontalo kala itu, Ismet Mile adalah seorang Pamong Gorontalo yang terbilang fenomenal dengan karirnya yang terus melejit.

Ia pernah mengemban tugas sebagai Kepala Bidang, Kepala Bagian, pernah mengemban tugas sebagai Camat di sejumlah kecamatan, menjadi Kepala Dinas dan pernah menjadi Wakil Bupati di era Bupati Imam Nooriman.

Bahkan di era tahun 1980-an saat menjabat Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi di era Bupati Marten Liputo, Ismet Mile termasuk sosok dibalik kisah kesuksesan Guru Ama sebagai salah seorang pengusaha dan politisi terkenal di Gorontalo kala itu.

Saking banyaknya jabatan yang pernah ia emban, Ismet Mile oleh sebagian kalangan disebut sebagai pejabat “multi talenta” dengan keahlian dan pengalaman yang “multi dimensional”.

Semasa menjadi pejabat di Kab. Gorontalo yang ketika itu mencakup seluruh wilayah di Gorontalo, kecuali Kota Gorontalo, Ismet Mile bahkan tak lekang oleh waktu menjadi “kepercayaan” dan tangan kanan dari para Bupati yang terus berganti.

Baca Juga :  Gerindra Kabupaten Gorontalo Deklarasi Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

Hal itu terjadi karena sosok Ismet Mile memiliki keahlian atau sangat menguasai “medan”.

Di masyarakat bawah ia tidak hanya paham tapi juga terterima dan di kalangan menengah, terutama di kalangan birokrat ia seakan menjadi “pembuka” jalan kebuntuan hingga melahirkan banyak ide dan gagasan sebagai solusi.

Sementara di hadapan atasannya kala itu, Ismet Mile adalah sosok birokrat yang bisa diandalkan sebagai birokrat “serba bisa”.

Tidak heran, ketika Kab. Bone Bolango sebagai daerah asal leluhurnya dimekarkan terpisah dari Kab. Gorontalo, maka Ismet Mile adalah figur birokrat pilihan satu-satunya yang sulit dicari tandinganya sehingga ditunjuk oleh Gubernur Fadel Muhammad menjadi Penjabat Bupati Bone Bolango yang dilantik pada 6 Mei 2003.

Selanjutnya ia terpilih menjadi Bupati definitif yang ia emban dari tahun 2005-2010.

Di era kepemimpinannya, suhu politik di wilayah timur Gorontalo itu terbilang sangat tinggi dan dinamis.

Dedikasi dan pengalamannya sebagai birokrat senior, benar-benar diuji dengan berbagai terpaan yang menghadang.

Meski demikian, Ismet Mile mampu bertahan di tengah “euforia” masyarakat dari sebuah daerah pemekaran baru yang memiliki begitu banyak persoalan yang seketika seakan tumpah ruah setelah keran kebebasan itu dibuka.

Sebagai sosok pamong yang telah sarat dengan “asam garam” pemerintahan dan kemasyarakatan, Ismet Mile sangat paham dengan hal itu.

Baca Juga :  Dinamika Pencalonan Bacawapres dalam Pemilihan Presiden 2024

Dalam kondisi yang demikian Ismet Mile tidak gerah, melainkan enjoy dengan ide,gagasan, program dan kebijakan-kebijakannya yang terus mengalir tak terbendung.

Ismet Mile sangat paham dengan kedudukannya sebagai Bupati “pembuka jalan” yang harus membangun “fondasi” dan pilar-pilar konstruksi pemerintahan dan kemasyarakatan yang kuat.

Di tengah riak-riak yang berkecamuk kala itu, Ismet Mile sangat menghayati betul bagaimana kisah bahtera Nabi Nuh yang tidak bergeming dengan berbagai sorotan bahkan hasutan

Pengalamannya sebagai seorang birokrat seakan mengajarkan tentang bagaimana “penonton” di tribun yang merasa lebih pintar dari “pemain” di lapangan.

Bukti-bukti dan kerja-kerja Ismet Mile kala itu yang penuh dengan riak-riak itu, dalam perkembangannya terbukti berhasil dengan terbukanya jalan bagi masyarakat Bone Bolango menuju arah yang lebih baik.

Salah satu bukti karya nyata dan dedikasi Ismet Mile untuk Bone Bolango yang sangat berharga, adalah pemekaran desa dan kecamatan yang ia tuntaskan di era kepemimpinannya.

Pemekaran desa dan kecamatan merupakan sebuah keharusan untuk mewujudkan pelayanan pemerintahan yang merata dan berkeadilan.

Jika saja Ismet Mile kala itu “lombo”, mungkin saja pasca kepemimpinannya, masyarakat masih ribut dengan aspirasi pemekaran desa dan kecamatan.

Keteguhan seorang pemimpin itu, bukan bagaimana mempertahankan kursi kekuasaan, tapi bagaimana prinsip-prinsip supremasi kepemimpinan itu ditegakkan.

Baca Juga :  Perjalanan 8 Tahun PSI, Dari Kelahiran hingga Semangat Pemilu 2024 yang Penuh Harapan

Buktinya, pada Pilkada Bone Bolango 2010 kala itu, Ismet Mile tidak perduli dengan ia dipilih atau tidak oleh masyarakat, tetapi yang terpenting baginya ketika itu, bagaimana meletakkan fondasi dan pilar bangunan pemerintahan dan kemasyarakatan yang kuat untuk masa depan.

Prinsip kepemimpinan seperti ini masih sangat relevan, bahwa menjadi Guru Zaman, apalagi di dunia pemerintahan, proses “mencerahkan” dan “mencerdaskan” masyarakat itu butuh waktu.

Kini Ismet Mile sebagai sosok Bupati “pembuka jalan” itu hendak tampil di arena Pilkada 2024, bukan karena ambisi, tapi ada isyarat bahwa “ada yang salah” yang penting untuk diluruskan kembali.

Terkadang dalam hidup ini, yang melahirkan pasti lebih paham dengan sosok yang dilahirkan. Artinya, sebagai figur tokoh pemekaran Bone Bolango, pemekaran desa dan kecamatan, Ismet Mile merasakan ada sesuatu yang “mengganjal” yang memaksanya untuk tampil kembali. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *