Nuansa budaya menjadi penanda kuat peringatan seperempat abad ini.
Seluruh undangan menggunakan pakaian adat Gorontalo dan busana karawo, menjadikan sidang paripurna tidak hanya sebagai agenda formal, tetapi juga perayaan identitas daerah.
Gubernur Gusnar Ismail menegaskan bahwa perjalanan pembangunan selama 25 tahun bukanlah proses yang mudah.
Ia mengingatkan kembali bagaimana Gorontalo memulai langkah dengan modal fiskal sangat terbatas.
“Di awal perjalanan pembangunan, modal kita tidak besar. Namun dengan tekad dan semangat membangun, alhamdulillah kita bisa mewujudkan pencapaian yang membanggakan,” ujarnya.
Salah satu indikator kemajuan yang disampaikan Gusnar adalah peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dari Rp52,5 miliar pada tahun 2001, APBD Gorontalo kini mencapai Rp1,75 triliun pada 2025.
Lonjakan signifikan ini menjadi penanda kemampuan fiskal daerah yang terus menguat.
Meski berlangsung meriah, DPRD menekankan bahwa HUT ke-25 Gorontalo bukan sekadar seremoni.
Momen seperempat abad ini disebut sebagai pijakan penting untuk memperkuat arah pembangunan daerah ke depan.
Fokus pembangunan mencakup reformasi pemerintahan, percepatan ekonomi, penguatan layanan publik, hingga agenda sosial-kemasyarakatan.
Pemerintah daerah diharapkan menjadikan refleksi 25 tahun ini sebagai dasar evaluasi menyeluruh serta penyusunan strategi jangka panjang yang lebih terarah dan berkelanjutan.
Gorontalo, yang telah melewati fase-fase penting pembangunan, kini didorong memasuki tahap berikutnya dengan visi yang lebih kuat, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan masa depan.
Paripurna turut dihadiri Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail, Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie, anggota DPRD, serta para bupati dan wali kota se-Provinsi Gorontalo turut hadir.
Sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga memenuhi ruang sidang, bersama anggota DPD RI asal Gorontalo, Rahmijati Jahja.