KOMPARASI.ID – Menjejakkan kaki di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, wisatawan akan langsung disambut oleh atmosfer hangat khas kota pesisir.
Udara asin dari laut bercampur dengan aroma kopi dan jajanan pinggir jalan yang menggoda selera.
Sebelum tiba di destinasi utama Pantai Pohon Cinta, pengunjung lebih dulu melewati Bundaran Maleo ikon kota yang kini menjelma menjadi pusat aktivitas warga sekaligus titik kumpul kuliner kekinian.
Deretan gerobak dan tenda kecil berjajar rapi di seputaran bundaran. Aroma ice coffee, es durian, hingga rujak buah, berpadu menciptakan suasana santai yang akrab bagi anak muda maupun keluarga.
Tak jarang, suasana malam di kawasan ini semakin hidup dengan lampu-lampu temaram dan musik akustik yang menemani pengunjung bersantai setelah perjalanan panjang menuju Pohuwato.
Tak jauh dari pusat kota, sekitar lima menit berkendara, hamparan laut biru menampakkan diri. Di situlah Pantai Pohon Cinta menunggu dengan pesona khasnya.
Hamparan bebatuan yang membatasi pantai, suara dentuman ombak yang bersahut-sahutan, serta semilir angin laut menjadi kombinasi sempurna untuk melepas penat.
Bagi banyak orang, momen ini terasa seperti jeda sebuah ruang tenang di tengah hiruk pikuk perjalanan hidup.
Konon, pantai ini dinamai “Pohon Cinta” bukan tanpa alasan. Dahulu, di kawasan pantai ini berdiri sebatang pohon rindang yang sering menjadi tempat bersandar pasangan muda yang menikmati senja.
Kini, kawasan itu telah berkembang menjadi ruang wisata keluarga yang ramai setiap akhir pekan.
Di bibir pantai, deretan warung kopi (warkop) menambah daya tarik tersendiri.

Pengunjung bisa menikmati kopi robusta khas Gorontalo sambil menatap perahu-perahu kecil milik nelayan yang bersandar di tepian, menyaksikan mereka kembali dari laut dengan hasil tangkapan segar.
Momen ini sering kali menjadi latar foto favorit para wisatawan.
Tak jauh dari area utama pantai, berdiri megah sebuah masjid dengan desain unik menyerupai orang yang sedang sujud.
Bentuk arsitekturnya menjadi simbol ketundukan manusia kepada Sang Pencipta, sekaligus menambah kesan religius di tengah nuansa wisata bahari.
Masjid ini juga menjadi titik singgah wisatawan muslim yang berkunjung ke kawasan tersebut.
“Pantai Pohon Cinta ini punya daya tarik lengkap. Ada alam, kuliner, tempat ibadah, dan suasana yang ramah untuk semua kalangan. Itu yang bikin wisatawan betah datang lagi,” ujar salah satu pedagang di sekitar pantai.
Menjelang senja, langit Pohuwato berubah menjadi lukisan alami. Gradasi jingga keemasan di cakrawala, pantulan sinar matahari di atas permukaan air laut, dan bayangan siluet pohon kelapa menciptakan panorama yang sulit dilupakan.
Banyak wisatawan memilih duduk di tepi pantai sambil menyeruput kopi hangat, sebuah rutinitas sederhana yang membuat mereka merasa lebih dekat dengan alam.
Kini, Pantai Pohon Cinta bukan sekadar tempat berwisata, tetapi juga simbol keramahan Pohuwato, sebuah daerah yang membuka diri dengan keindahan, rasa, dan suasana.
Dari Bundaran Maleo hingga bibir pantai, setiap sudutnya menghadirkan cerita dan pengalaman yang tak kalah dari destinasi wisata terkenal lainnya di Indonesia Timur.













