KOMPARASI.ID – Banjir besar melanda Jl. Pangeran Diponegoro, Limba B, Kota Selatan, menyebabkan air setinggi dada orang dewasa dan memaksa evakuasi massal.
Namun, ada kisah heroik dari enam mahasiswa perantau yang memilih menerjang banjir, demi menyelamatkan barang-barang berharga mereka, terutama buku bacaan.
Di tengah kepanikan itu, Mohamad Rizki dan teman-temannya terjebak banjir di kawasan Panegoro. Dua unit motor mereka harus diselamatkan dari asrama yang terendam sejak malam.
“Pada pagi (10/7/2024), air masih setinggi betis orang dewasa. Air di asrama hanya di posisi teras saja hingga siang hari,” kata Rizki. Mereka memilih meninggalkan barang-barang seperti motor dan dokumen lainnya di sekret.
“Karena air hanya di teras rumah, kami meninggalkan motor di asrama dan pergi ke pusat kota, tepatnya di kontrakan senior di Jl. Kenangan, Kota Tengah,” tuturnya.
Keesokan paginya (11/7/2024), mereka dikejutkan oleh video-video banjir di media sosial dan segera bergegas kembali ke asrama.
Melihat jalan protokol digenangi air, mereka mencari tahu kedalaman dan arus yang paling kuat.
Setelah lama bernegosiasi, keenam mahasiswa itu memutuskan untuk memasuki wilayah banjir, mengingat masih banyak buku dan barang-barang di asrama yang belum terselamatkan.
Rizki menceritakan bahwa mereka membutuhkan hampir satu jam untuk melintasi banjir menuju asrama di Panegoro. Setiba di sana, air berarus membuat situasi semakin sulit.
Selama tiga jam di dalam asrama, mereka mengemasi barang-barang, terutama dokumen penting milik adik-adik mereka yang tertinggal.
Menyelamatkan dua unit motor menjadi tantangan lain. Setelah mempertimbangkan biaya sewa rakit sebesar Rp75 ribu per motor, dua motor Rp100 ribu, mereka memutuskan menyewa satu rakit dan membawa motor lainnya menggunakan kayu seadanya.
Suara teriakan mereka sering mengagetkan warga di areal banjir karena mereka kesulitan mengendalikan motor di tengah arus air yang kuat.
Perjuangan mereka mendapat perhatian dari warga setempat. Fadel, salah satu warga, mengatakan bahwa biasanya orang-orang akan menyelamatkan diri terlebih dahulu.
Namun, berbeda dengan para mahasiswa ini yang menunjukkan keberanian luar biasa dengan menyelamatkan barang-barang, terutama buku dan motor.
“Kebanyakan orang dievakuasi dan dibawa ke pengungsian, tetapi beda dengan mereka. Mahasiswa ini tidak lelah bolak-balik di tengah banjir,” kata Fadel.
Aksi heroik keenam mahasiswa ini menunjukkan tekad kuat untuk menjaga barang-barang berharga mereka, bahkan dalam kondisi yang sangat sulit.
“Meski menghadapi risiko besar, mereka tetap berupaya menyelamatkan buku-buku yang sangat penting bagi masa depan mereka. Ini tentu luar biasa,” tandasnya.














