KOMPARASI.ID – Pendidikan layak seharusnya dapat dinikmati oleh semua anak, termasuk mereka yang tinggal di pelosok negeri.
Namun, akses terbatas dan minimnya fasilitas masih menjadi tantangan utama bagi anak-anak di daerah terpencil.
Menjawab tantangan ini, Komunitas 1000 Guru Gorontalo bekerja sama dengan Women Institute for Research and Empowerment (WIRE) Gorontalo serta para relawan menggelar kegiatan sosial bertajuk Traveling & Teaching ke-26.
Program ini berlangsung selama tiga hari, dari 14 hingga 16 Februari 2024, di Desa Pangahu, Dusun Bu’yuo, Kecamatan Asparaga, Kabupaten Gorontalo.
Desa Pangahu memiliki keunikan tersendiri karena berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Nantu, habitat satwa langka seperti babirusa dan anoa.
Sebagian besar wilayah desa ini termasuk dalam kawasan konservasi, sehingga akses menuju lokasi cukup sulit dan menantang.
Meski menghadapi akses yang sulit, para relawan tetap bersemangat untuk membawa perubahan.
Mereka hadir dengan misi meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak desa sekaligus membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi lokal mereka.
Menurut Mega Mokoginta, perwakilan WIRE Gorontalo, program ini dirancang untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi anak-anak serta memberdayakan masyarakat.
“Kami ingin menghadirkan pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi anak-anak di desa Pangahu. Selain itu, kami juga mengadakan berbagai aktivitas seperti pelatihan pemasaran produk UMKM, permainan edukatif, hingga pentas seni,” ungkap Mega.
Metode pembelajaran yang diterapkan dalam program ini lebih kreatif dan menyenangkan.
Para relawan tidak hanya memberikan materi pelajaran, tetapi juga mengajak anak-anak bermain sambil belajar, sehingga mereka bisa menikmati proses belajar tanpa merasa terbebani.
Salah satu konsep unik dalam program ini adalah Sekolah Kampung, kegiatan belajar tidak dilakukan di dalam kelas, melainkan di alam terbuka dengan latar pemandangan bukit-bukit yang mengelilingi Dusun Bu’yuo.
Dengan suasana yang lebih santai, anak-anak bisa belajar dengan lebih nyaman, menikmati udara segar sambil mendapatkan ilmu baru.
Selain mengajar, para relawan juga diajak melakukan perjalanan edukatif ke Desa Bihe, yang terkenal dengan wisata arung jeram Botu Kapali River Tubing.
Destinasi ini telah membawa Desa Bihe masuk dalam 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia oleh Kemenparekraf.
Perjalanan ini menjadi apresiasi bagi relawan yang telah berkontribusi dalam mengajar dan berbagi ilmu kepada masyarakat setempat.
Mereka bisa menikmati derasnya aliran sungai sambil merasakan keindahan alam Gorontalo.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari pemerintah desa setempat. Hendra Susanto, Sekretaris Desa Pangahu, menilai bahwa program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di daerah terpencil.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan. Kami berharap kegiatan semacam ini bisa terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak desa di Gorontalo,” ujarnya.
Sebagai penanggung jawab kegiatan, Muthahhar Asqalani Datau berharap program ini dapat menginspirasi lebih banyak anak muda untuk peduli terhadap pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat di daerah terpencil.
“Harapan saya, kegiatan ini dapat membangkitkan kepedulian anak-anak muda agar lebih sadar akan pentingnya kegiatan sosial. Semoga mereka bisa ikut berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terutama di daerah terpencil yang masih membutuhkan perhatian,” ungkap Muthahhar.
Program Traveling & Teaching bukan sekadar kegiatan mengajar, tetapi juga gerakan sosial yang memberikan dampak besar bagi masyarakat Desa Pangahu.
**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel