Brigitta Pelajar Indonesia di Garis Depan Konservasi Laut Dunia

KOMPARASI.ID Tumbuh di kepulauan tropis Indonesia membuat Brigitta terbiasa dengan keindahan laut dan juga luka yang ditinggalkan manusia di dalamnya.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di pesisir Bali, ia menyaksikan bagaimana pantai yang dulu jernih kini dihiasi oleh jejak plastik dan limbah manusia.

Pemandangan itu menjadi titik balik yang menuntunnya pada jalan panjang advokasi lingkungan.

Kini, Brigitta adalah siswa, penerima beasiswa di Australian Independent School (AIS) Indonesia.

Ia sedang menempuh Program Diploma International Baccalaureate, sembari menyeimbangkan prestasi akademik dengan semangat aktivismenya.

Di luar ruang kelas, Brigitta adalah perenang kompetitif yang terpilih sebagai salah satu dari 20 atlet dalam program “Start Your Impossible” Toyota Indonesia, inisiatif yang menghubungkan semangat olahraga dengan nilai keberanian dan perubahan sosial.

Baca Juga :  Prabowo Terbitkan Inpres Efisiensi Anggaran, Target Hemat Rp306 Triliun

Namun di balik lintasan air kolam renang, Brigitta juga berenang di samudra lain, lautan advokasi.

Sebagai penerjemah untuk Bye Plastic Bags Jakarta, ia ikut memperluas pesan gerakan anak muda yang menyerukan pengurangan sampah plastik sekali pakai.

Di sekolah, Brigitta memimpin AIS Blue Team, klub konservasi laut yang ia bantu dirikan.

Di sana, ia berperan sebagai kepala publikasi, pemimpin, sekaligus perancang strategi kampanye, dengan fokus mengadvokasi perlindungan laut dan satwa yang hidup di dalamnya.

Baca Juga :  Teguh Santosa: Pelibatan Korea Utara Penting untuk Stabilitas Geopolitik Asia Timur

Cita-citanya sederhana, namun besar, menjadi ahli biologi kelautan dan berkontribusi dalam penerapan kawasan laut lindung di seluruh dunia.

Ia meyakini, waktu untuk bertindak bukanlah nanti, melainkan sekarang.

Komitmen itu mengantarkan Brigitta terpilih sebagai salah satu dari sepuluh pemimpin muda dunia dalam program Beasiswa OceanEcho 30×30, bersama peserta lain dari Angola, Argentina, Brasil, Kepulauan Virgin Britania Raya, India, Malaysia, dan Meksiko.

Melalui pengalaman virtual berbayar ini, mereka saling terhubung untuk merancang inisiatif berdampak di komunitas masing-masing, sekaligus memperkuat dukungan terhadap gerakan global perlindungan laut 30×30 misi melindungi 30 persen lautan dunia pada tahun 2030.

Baca Juga :  PT Pegadaian Bertransformasi Menjadi Bank Emas Pertama di Indonesia, Era Baru Investasi dan Layanan Keuangan

Bagi Brigitta, perjuangan menyelamatkan laut bukan sekadar tentang menjaga ekosistem, tetapi tentang memastikan masa depan yang bisa dinikmati oleh generasi setelahnya.

l

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *