KOMPARASI.ID – Istilah “Olongia” dalam tataran kepemimpinan dan pemerintahan Gorontalo sejak berabad-abad lamanya, memiliki karakteristik yang berbeda dengan model, gaya dan spirit kepemimpinan “Raja” atau Sultan dalam kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Ali Mobiliu Pemerhati Sejarah mengatakan, Istilah ini lahir dalam kultur kepemimpinan dan pemerintahan asli Gorontalo sejak abad V-VI Masehi yang sulit tergantikan, meski istilah Raja atau Sultan telah merasuk ke dalam istilah yang populer sejak era pemerintahan Belanda hingga sekarang ini.
Bahkan, meski saat ini Gorontalo telah menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengenal istilah Gubernur, Bupati dan Walikota, namun dalam perspektif masyarakat adat Gorontalo, deretan jabatan di daerah dan dalam sebuah negara tetap dianggap sebagai “Olongia” Oleh karena itu, rasa-rasanya kurang tepat, jika istilah Olongia diterjemahkan sebagai “Raja” atau Sultan secara literal. Karena Raja atau Sultan adalah pemimpin tertinggi Kerajaan atau Kesultanan.
Awal peradaban masyarakat Gorontalo tidak dikenal struktur dan bentuk pemerintahan Kerajaan atau Kesultanan melainkan Pemerintahan “Linula” yang kemudian berkembang menjadi “Pohala’a” dengan pemimpin tertinggi “Olongia Lo Lipu”.
Kata Ali, Sementara pemimpin di bawahnya dikenal dengan Ho-huhu (bukan jogugu) yang bertugas membantu Olongia yang dipercaya memegang beberapa wilayah kekuasaan, kemudian Wuleya Lo Lipu setingkat Camat dan Wala’opulu setingkat Kepala Desa yang kemudian berubah menjadi Ta’uda’a. Itulah struktur asli kepemimpinan asli Gorontalo sebagai bagian dari transformasi pemikiran leluhur Gorontalo.
Istilah Olongia secara bahasa merupakan padanan dari kata “Ta Longo-Longo-Longo Lo Lo’iya” yang bila diterjemahkan sesuai bahasa aslinya adalah “yang membagi-bagi dan bertitah”. Dari istilah ini, maka Olongia mengandung arti sebagai seorang pemimpin yang membagi-bagi dalam arti yang luas atau mendelegasikan tugas melalui titah atau perkataan untuk melayani rakyat yang dipimpinnya.
Dalam memerintah, seorang Olongia tidak duduk di singgasana yang dikawal oleh prajurit dan para punggawa istana, tidak tinggal di sebuah istana megah yang dijaga oleh para dayang-dayang dan prajurit istana. Melainkan setelah bertitah, seorang Olongia akan menjelma sebagai rakyat biasa.
Ia akan tampil sebagai pemimpin, jika ada hal-hal penting mengenai U Lipu yang harus ditunaikan atau diselesaikan. Selain itu, dalam kepemimpinan Olongia berlaku prinsip ; “huidu huntu datahu” artinya petinggi yang berada di lingkaran elit kepemimpinan harus menjunjung tinggi rakyat, melayani dan mengutamakan rakyat (mopo uda’a).
Ali Juga menegaskan, Itulah sebabnya, Kepala Desa sebagai ujung tombak pelayanan kepada rakyat disebut sebagai “Ta’uda’a” yang mengandung arti sebagai “Ta uda’uda’a yang artinya yang diutamakan dan yang mengutamakan Ta’Mopouda’a.
Itulah sedikitya karakteristik kepemimpinan Olongia pada U Limo Lo Pohala’a di Gorontalo, yakni Pohala’a Tuwawa (Suwawa), Pohala’a Limutu, Pohala’a Atingola, Pohala’a Bulango yang kemudian Pohala’a Boalemo.
Oleh karena itu dapat dipahami, bahwa Gorontalo bukan sebuah kerajaan pada zaman dulu, tapi sebuah pranata masyarakat yang beradab yang mempersatukan rakyatnya melalui perserikatan yang disebut “Linula” kemudian berkembang menjadi “Pohala’a sejak tahun 1481 M dengan pemimpin tertinggi bernama Olongia Lo Lipu yang juga dikenal dengan Ta’uwa Lo Lipu.
Namun sebagai sebuah kompromi bisa saja Olongia disebut atau diterjemahkan Raja, tetapi Raja belum tentu layak disebut “Olongia”. Hal itu cukup beralasan mengingat istilah “Olongia” dalam perspektif masyarakat adat Gorontalo adalah pemimpin suatu wilayah atau negeri (Olongia Lo Lipu).
apapun nama atau istilah yang melekat dalam jabatan itu, baik Raja,Sultan, Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota” sekalipun, tetaplah statusnya sebagai Olongia yang dispersepsikan memiliki kewenangan atau diberi kewenangan untuk membagi-bagi (anggaran, aset, membagi tugas atau mendelegasikan tugas kepada setiap bawahannya sesuai bidangnya masing-masing.(AM)
**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel