Dinamika Pencalonan Bacawapres dalam Pemilihan Presiden 2024

Avatar

KOMPARASI.ID – Kedua nama, Mahfud MD dan Ridwan Kamil, telah lama mencuat dalam perbincangan sebagai calon wakil presiden berdasarkan sejumlah survei.

Namun, belakangan ini, keduanya muncul sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) dari Ganjar Pranowo, setelah terungkap bahwa mereka telah bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. PDIP adalah partai terbesar yang mengusung Ganjar sebagai calon presiden.

Mahfud secara resmi mengonfirmasi pertemuannya dengan Megawati, meskipun dia menegaskan bahwa belum ada kesepakatan konkrit. “Saya belum berkomitmen,” ungkapnya

Sebelumnya, Ganjar mengunggah foto dirinya bersama Mahfud ketika mereka sedang “ngopi sore” di akun Instagramnya. Foto ini memicu komentar dari pendukung Ganjar yang berharap keduanya akan maju bersama sebagai pasangan calon dalam Pemilihan Presiden 2024.

Menko Polhukam juga mengakui bahwa dia telah mendengar kabar bahwa dirinya dan Ridwan Kamil menjadi kandidat yang kuat untuk menjadi bacawapres Ganjar. Namun, dia menegaskan bahwa dia tidak pernah mengajukan diri kepada partai maupun Ganjar.

“Pemilihan terbaik untuk bangsa dan negara ini, serta kondisi ekonomi yang lebih baik, akan ditentukan nanti. Sebagai masalah menentukan nama-nama, itu adalah urusan internal partai,” kata Mahfud seperti yang dilansir di BBC

Sementara itu, pertemuan Ridwan Kamil dengan Megawati pada pekan lalu telah dikonfirmasi oleh Partai Golkar. Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, menyatakan bahwa Ridwan Kamil telah melaporkan pertemuan tersebut kepada Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto.

“Dalam pertemuan tersebut, Bu Megawati mengundang Pak RK dan menawarkan jabatan wakil presiden. Alasannya adalah untuk memperkuat posisi Ganjar Pranowo di Jawa Barat,” kata Doli kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, pada Rabu (13/09).

Doli menambahkan bahwa karena Ridwan Kamil adalah salah satu wakil ketua umum di Golkar, pembicaraan semacam itu seharusnya dilakukan di tingkat DPP. Selama itu belum terjadi, ia menganggapnya masih sebatas wacana.

Ridwan Kamil untuk amankan suara Jabar

Ridwan Kamil tampaknya menjadi pilihan yang jelas bagi Ganjar untuk mengamankan suara dari Jawa Barat, lumbung suara terbesar di Pemilu Serentak 2024. Beberapa survei menyatakan bahwa dukungan untuk Ganjar lemah di Jabar.

Survei LSI Denny JA, pada Mei lalu, misalnya, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar unggul di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun kalah dari dua capres lainnya, Prabowo dan Anies, di Jawa Barat. Adapun survei terbaru dari SMRC menemukan bahwa kepopuleran Ganjar di kalangan pemilih Jabar kalah jauh dari Prabowo.

Sementara itu, mantan Walikota Bandung dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, tetap sangat populer di Jawa Barat – meskipun pernah dikritik gagal menangani beberapa masalah seperti penggusuran dan transportasi publik. Hal itu diakui sendiri oleh Emil, demikian dia biasa dipanggil.

“Saya paling tinggi di sini, dan Mas Ganjar agak sulit di Jawa Barat,” kata Emil

“Jadi kalau digabung, kalau menurut matematika, ya matching. Tapi kan perjodohan itu bukan matematika. Bisa ada pertimbangan-pertimbangan non-matematis,” imbuhnya dilansir dari BBC

Namun ada satu hal yang memperumit ini, Ridwan Kamil adalah anggota Partai Golkar, yang telah menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto.

Selain itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, mengatakan partai berlambang beringin itu sudah punya rencana sendiri untuk Emil yaitu mencalonkannya di pemilihan kepala daerah (Pilkada) entah di DKI Jakarta atau Jawa Barat.

Pengamat politik dari lembaga survei Kedai KOPI, Hendri Satrio, menilai proses meminang Ridwan Kamil akan lebih rumit karena PDIP harus meminta izin terlebih dahulu ke ketua umum Golkar Airlangga Hartarto.

“Nah kalau Airlangga kasih izin, ini kan artinya Golkar juga mesti pindah koalisi dari koalisinya Prabowo ke koalisinya Ganjar – itu butuh izin dari Pak Prabowo; dan bukan hanya Prabowo, Pak Jokowi yang lebih tinggi. Sudah dapat izin dari Jokowi, mesti dapat izin juga dari Bu Mega,” kata Hendri kepada BBC News Indonesia.

Kelemahan Ridwan Kamil lainnya, imbuh Hendri, adalah dia terkenal suka pindah-pindah kendaraan politik dan bahkan dijuluki “kutu loncat” oleh beberapa pengamat politik.

Arsitek lulusan ITB itu didukung Gerindra dan PKS ketika maju dalam pemilihan wali kota Bandung pada 2013, kemudian diusung Hanura, NasDem, PPP, dan PKB pada pemilihan gubernur Jabar pada 2018, sebelum akhirnya bergabung ke Golkar.

“Itu mungkin dicatat oleh masyarakat. Memang banyak pengikutnya di media sosial, tapi menurut hasil disertasi saya, aktivitas medsos itu nggak signifikan pengaruhnya ke elektabilitas,” kata Hendri.

Mahfud MD untuk konter Cak Imin dulang suara NU

Sementara itu, Mahfud MD, yang berasal dari Jawa Timur dan memiliki latar belakang dari Nahdlatul Ulama (NU), tampaknya dipertimbangkan sebagai penantang bagi Muhaimin Iskandar, yang telah menjabat sebagai cawapres Anies Baswedan.

Para pengamat politik mengakui bahwa suara dari NU selalu menjadi incaran bagi para kandidat presiden dalam setiap pemilihan umum karena NU merupakan organisasi Islam terbesar dengan jumlah pengikut yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam konteks popularitasnya di mata masyarakat, Mahfud MD juga dikenal karena telah mengungkap beberapa kasus yang terjadi dalam pemerintahan, seperti “gerakan bawah tanah” yang bertujuan untuk memengaruhi proses pengadilan dalam kasus Ferdy Sambo, serta transaksi mencurigakan senilai 349 triliun rupiah di Kementerian Keuangan.

Ujang Komarudin, seorang doktor ilmu politik dari Universitas Al-Azhar, menjelaskan bahwa Mahfud dianggap positif oleh masyarakat karena keberaniannya membongkar berbagai kasus dalam pemerintahan, meskipun ada beberapa masalah yang belum terselesaikan.

Selain itu, Mahfud MD hampir saja menjadi cawapres Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2019 sebelum digantikan oleh Ma’ruf Amin pada tahap akhir. Menurut Ujang, hal ini menunjukkan bahwa Mahfud memiliki kualitas yang mumpuni untuk menjadi seorang cawapres.

Namun, terdapat kelemahan yang melekat pada Mahfud MD, seperti yang diperlihatkan oleh Hendri Satrio, yaitu tingkat elektabilitasnya dalam berbagai survei selalu lebih rendah dibandingkan dengan Ridwan Kamil.

Mahfud tidak pernah berhasil masuk dalam tiga besar dalam survei-survei tersebut, berbeda dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Ridwan Kamil yang seringkali menduduki peringkat teratas.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *