KOMPARASI.ID – Banjir besar yang melanda wilayah Gorontalo dan sekitarnya telah mengubah pemandangan menjadi lautan air setinggi dada orang dewasa.
Namun, di tengah tantangan ini, masyarakat setempat menunjukkan ketangguhan dan inovasi luar biasa, menciptakan rakit darurat dari bahan-bahan seadanya untuk tetap beraktivitas dan bertahan hidup.
Ketika genangan air mulai merendam jalan-jalan dan rumah-rumah, warga Gorontalo segera bergerak cepat.
Mereka mengumpulkan batang pohon pisang dan kayu bekas yang tersebar di sekitar mereka, dan dengan menggunakan tali dan bahan seadanya, mereka merangkai rakit yang cukup kuat untuk menahan beban manusia dan barang-barang berharga.

Melihat kebutuhan mendesak, beberapa warga mulai menyewakan rakit mereka. Seperti Nur Taufik, Ia mengatakan mau tidak mau harus menggunakan jasa rakit masyarakat untuk mengangkut barang-barang berharga.
“Saya menyewa rakit ini untuk menyelamatkan motor saya dari rumah yang terendam air. Tanpa rakit ini, motor saya pasti sudah rusak,” kata Nur Taufik, seorang warga setempat.
Kata Taufik, Biayanya memang tidak sedikit, tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan motor, apalagi Motor adalah satu-satunya alat transportasi untuk bekerja
Harga sewa rakit untuk mengangkut satu unit motor adalah Rp 75.000, sedangkan untuk dua unit motor dikenakan biaya Rp 100.000. Meskipun biayanya tidak murah, banyak warga yang rela membayar untuk menyelamatkan harta benda mereka.

“Kita harus berpikir cepat saat banjir datang. Kami menggunakan apa yang ada di sekitar untuk membuat rakit yang bisa mengangkut barang-barang kami,” ujar Omi salah satu warga pembawa rakit.
Rakit-rakit ini tidak hanya menjadi alat transportasi utama di tengah banjir yang menghantam Kota Gorontalo, tetapi juga menjadi penyelamat bagi barang-barang berharga, termasuk kendaraan roda dua milik warga.
Dirinya menjelaskan, Proses penyelamatan dengan rakit tidaklah mudah. Ia harus mendorong rakit melawan arus air deras hingga mencapai tepian jalan yang lebih aman.
Kata Dia, Setiap perjalanan penuh tantangan dan risiko, terlebih bolak-balik di banjir, belum lagi arus yang harus dihadapi saat mengangkut barang.
Katanya, membawa rakit harus berjuang keras melawan arus air. Mendorong rakit penuh barang-barang tidaklah mudah, apalagi jarak yang ditempuh lumayan jauh, sekitar 300-400 meter.
“Tidak ada yang lebih penting dari keselamatan dan kebersamaan. Banjir ini mengajarkan kami untuk saling membantu dan berinovasi dengan sumber daya yang ada,” tutup warga tersebut.