KOMPARASI.ID – Pagi itu, udara segar menyelimuti Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo. Cahaya matahari perlahan menyapu embun yang masih tersisa, menghadirkan ketenangan khas pedesaan.
Di sela kesibukannya, Ridwan Monoarfa, Wakil Ketua I DPRD Provinsi Gorontalo sekaligus Koordinator Komisi II, menyempatkan diri mengunjungi sebuah peternakan sapi di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Di sana, ia bertemu dengan I Wayan Abdullah, seorang peternak asal Bali yang telah lama menetap di Gorontalo. Peternakan kecil miliknya memang sederhana, tetapi cukup untuk menopang hidupnya secara mandiri.
Di depan kandang, Wayan menyambut Ridwan. Pakaiannya, biru dongker dengan lengan abu-abu terlihat berdebu, mungkin sisa pekerjaan pagi tadi.
Tangannya masih terbungkus kaus tangan, tanda ia baru saja merawat sapi-sapinya.
Mereka berbincang di depan kandang, diapit sapi-sapi yang berjejer rapi.
Dalam percakapan itu, Wayan berbagi kisah bagaimana ia memulai peternakan ini dari nol, hanya dengan 12 ekor sapi.
Tanpa bantuan pemerintah, ia mengandalkan ketekunan dan kerja keras untuk berkembang.
“Di sini semua serba ada. Tanah subur, air cukup. Saya pikir tidak ada alasan untuk hidup miskin kalau kita mau bekerja,” katanya, sembari menggenggam kedua tangannya.
Ridwan mendengarkan dengan saksama. Baginya, kisah Wayan bukan sekadar cerita sukses, tetapi bukti nyata bahwa kemandirian bisa dicapai oleh siapa saja yang berusaha.
“Kalau ada peternak lain yang ingin belajar dari pengalaman Anda, apakah bersedia membantu mereka?” tanya Ridwan.
Wayan tersenyum. Matanya berbinar, seolah sudah menyiapkan jawaban jauh sebelum pertanyaan itu dilontarkan.
“Tentu, dengan senang hati. Kalau ada yang ingin belajar, saya siap membantu,” ujarnya mantap.
Namun, ketika Ridwan menyinggung soal subsidi pemerintah, Wayan hanya tersenyum kecil, seperti pertanyaan itu terlalu sering ia dengar dan sudah tahu bagaimana akhirnya.
Bagi Ridwan, pertemuan pagi itu lebih dari sekadar kunjungan. Ia melihat bahwa di tengah berbagai tantangan ekonomi, masih ada orang-orang seperti I Wayan yang memilih untuk mandiri dan bekerja keras.
“Pak Wayan ini contoh nyata. Kadang kita terlalu sibuk mencari bantuan, padahal peluang ada di sekitar kita. Yang penting adalah kemauan dan ketekunan,” ujar Ridwan.
Matahari mulai meninggi. Ridwan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke bandara.
Sementara bagi Wayan, hari masih panjang. Ia kembali ke peternakannya, tempat di mana kerja kerasnya terus berbuah hasil.
**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel