KOMPARASI.ID – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) berencana menjalankan uji coba penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan menerapkan sistem credit scoring pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Credit scoring adalah suatu metode penilaian yang diterapkan pada pelaku usaha atau UMKM yang menginginkan akses pinjaman atau KUR tanpa harus menyediakan agunan atau jaminan kepada pemberi kredit.
Yulius, Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM, dilansir dari detik.com menjelaskan bahwa salah satu kendala utama UMKM dalam mendapatkan pendanaan adalah kurangnya agunan tambahan.
Hal ini disebabkan oleh pendapatan UMKM yang rendah dan keterbatasan kemampuan mereka, sehingga seringkali mengalami penolakan saat mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan.
“Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala utama dalam akses pembiayaan terhadap UMKM melalui program KUR adalah UMKM tidak memiliki agunan tambahan,” tambah Yulius.
Uji coba ini akan mencakup pinjaman dengan nominal di bawah Rp 100 juta hingga Rp 500 juta.
“Kami akan mencoba dengan nominal sampai Rp 500 juta menggunakan credit scoring. Kami akan memulainya dengan skala kecil pada uji coba tahun 2024 ini,” terangnya.
Ketentuan bagi UMKM agar dapat memperoleh KUR tanpa agunan melalui credit scoring mencakup pemeriksaan data di luar agunan, seperti data jaminan sosial seperti BPJS, data pembayaran listrik, data pembayaran transaksi e-commerce, aktivitas di media sosial, hingga data perpajakan.
“Artinya, UMKM yang belum pernah mengakses pinjaman sebelumnya juga bisa memperoleh KUR, asalkan pemeriksaan credit scoring menunjukkan kinerja positif, misalnya pembayaran listrik yang lancar, rekam jejak transaksi yang baik, dan plafon yang memadai,” paparnya.
Yulius menambahkan bahwa proses uji coba kemungkinan akan dilaksanakan pertengahan tahun ini. Saat ini, tahap awal adalah pengumpulan data untuk memastikan kesiapan sistem tersebut.
“Dari Januari ini, kita mulai men-setup, mengumpulkan data. Mulai dari Februari hingga April, kita akan membangun model dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Setelah itu, kita akan membuat skor dan menyelesaikan aspek teknis lainnya. Diperkirakan dalam enam sampai tujuh bulan, pilot project ini dapat diimplementasikan,” tutupnya.














