Sejarah dan Makna Mendalam Puasa Ramadhan bagi Umat Muslim

KOMPARASI.ID – Puasa Ramadhan yang rutin dijalani oleh umat Muslim tiap tahunnya tidak lepas dari latar belakang sejarah yang memberikan makna mendalam, didasari oleh kepercayaan akan ibadah kepada Allah SWT.

Perintah untuk menjalankan puasa telah diatur dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang menyatakan:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Allah telah memerintahkan puasa pada masa jahiliyah, namun kaum jahiliah menentangnya. Kemudian, Allah kembali memerintahkan puasa Ramadhan pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Sebelum turunnya ayat Al-Qur’an mengenai puasa, Nabi Muhammad SAW telah melaksanakan ibadah puasa selama tiga hari setiap bulannya, sebagaimana yang diwajibkan pada zaman Nabi Nuh AS.

Baca Juga :  Pemerhati Sejarah Ungkap Karakteristik Kepemimpinan Olongia di Gorontalo

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga melaksanakan puasa pada tanggal 10 Muharram, yang dikenal sebagai hari Asyura.

Puasa Ramadhan kembali diperintahkan pada tahun kedua setelah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah dilakukan untuk menghindari gangguan dari kaum Quraisy dan juga sebagai penyempurnaan syariat Islam.

Perintah untuk berpuasa di bulan suci Ramadhan didasari oleh firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183-184.

Setelah turunnya ayat ini, puasa Ramadhan menjadi ibadah wajib bagi umat Islam selama satu bulan penuh sesuai dengan rukun dan syariat agama. Puasa merupakan bentuk penyempurnaan agama dan masuk dalam rukun Islam yang ketiga.

Baca Juga :  Sejarah Pahlawan Nasional Lafran Pane, Dedikasi Terhadap Keadilan dan Pemikiran Kebangsaan

Puasa dilakukan dengan menahan diri dari hawa nafsu, makan, dan minum dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Ibadah puasa memiliki keistimewaan tersendiri, seperti yang diriwayatkan dalam HR Bukhari dan Muslim, bahwa setiap amalan kebaikan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal, kecuali amalan puasa.

Puasa adalah amalan yang hanya untuk Allah, dan Dia sendiri yang akan membalasnya karena puasa melibatkan meninggalkan syahwat dan makanan semata untuk Allah.

Baca Juga :  Sejarah Popcorn Sahabat Setia Nikmati Kisah di Layar Lebar

Puasa memberikan dua kebahagiaan: ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Rabbnya. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kasturi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *