Nelson Pomalingo Ajak Mahasiswa Gorontalo Wujudkan Kampus sebagai Pusat Lahirnya Pemimpin

Avatar
Nelson Pomalingo saat bedah visi misi bersama mahasiswa
Nelson Pomalingo saat bedah visi misi bersama mahasiswa

KOMPARASI.ID – Calon Gubernur Gorontalo, Nelson Pomalingo, terus mempererat silaturahmi dengan mahasiswa melalui program “Bedah Prof,” sebuah diskusi terbuka tentang visi dan misi yang diadakan bersama civitas akademika di Grande Bistro pada Selasa (5/11/2024).

Nelson membuka sambutannya dengan mengekspresikan rasa bangga sebagai Guru Besar yang berkontribusi langsung di dunia pendidikan.

“Jika saya kalah, maka yang pertama kali merasa malu adalah kampus,” tegasnya.

Di hadapan mahasiswa, Nelson juga menyampaikan terima kasih atas dukungan mahasiswa dalam perjuangan pencalonannya bersama Kris.

Meskipun pasangan Nelson-Kris menghadapi kendala aturan threshold minimal 9 kursi DPRD, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memperbolehkan partai non-parlemen mengusung calon di Pilkada membuka jalan bagi mereka.

“Keputusan ini bukan hanya kesempatan bagi kami, tapi juga hasil perjuangan mahasiswa. Untuk itu, saya berterima kasih dan menghormati perjuangan mereka,” ujarnya.

Nelson juga mengenang keterlibatan mahasiswa dalam pembentukan Provinsi Gorontalo yang memisahkan diri dari Sulawesi Utara. Saat itu, Nelson ditunjuk sebagai ketua panitia pemekaran, dan mahasiswa berperan aktif dalam proses ini.

“Hari ini kita menikmati hasilnya. Gorontalo menjadi provinsi berkat orang-orang dengan pemikiran jernih tanpa kepentingan pribadi. Alhamdulillah, kita bisa merasakan manfaatnya,” kata Nelson.

Profesor Nelson juga menyampaikan pengalamannya saat menjabat sebagai Rektor Universitas Negeri Gorontalo. Menurutnya, kadang kala pembicaraan politik di kampus dianggap tidak sesuai, seolah-olah “haram” dilakukan.

Padahal, kampus merupakan agen perubahan dan pusat keilmuan yang seharusnya turut berperan dalam politik serta memberikan warna tersendiri.

Salah satu caranya adalah dengan melahirkan pemimpin yang hebat melalui debat atau kegiatan seperti bedah visi dan misi calon. Inilah inisiatif yang harus muncul dari kampus.

“Bukan berarti kita berpolitik. Namun, jika Gorontalo melahirkan gubernur yang tidak mampu membangun daerah, maka mahasiswa dan kampus juga akan merasakannya. Karena itu, kampus harus memiliki inisiatif untuk melahirkan pemimpin yang cerdas. Contohnya, dalam Pilpres, Anies Baswedan diuji gagasannya di UI, Ganjar di Gadjah Mada, dan Prabowo hadir di Unair bersama mahasiswa. Kampus memang seharusnya menjadi pelopor,” jelas Nelson.

Ia menambahkan, Saat dirinya menjadi Rektor UNG 15 tahun lalu, Ia mengadakan debat di kampus saat Pemilu pertama, ketika Pak Fadel Muhammad maju sebagai calon.

Menurut Nelson, semua orang di dalam kampus, baik mahasiswa, ASN, rektor, dan lainnya, memiliki hak politik.  jika mereka tidak mendapatkan informasi yang baik, mereka bisa salah memilih.

“Maka dari itu, saya mengundang para calon pemimpin ke kampus, agar mahasiswa bisa melihat dan menilai secara terbuka. Dengan begitu, kita dapat melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas, sehingga tidak memilih pemimpin secara asal seperti membeli kucing dalam karung,” pungkasnya.

Acara ini diakhiri dengan diskusi interaktif antara Nelson dan mahasiswa, yang memberikan pandangan mengenai isu-isu yang dihadapi Gorontalo saat ini.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *