Gaji Honorer SDN 56 Kota Timur Tertunda, Dana BOS Hilang, Hak Pekerja Terabaikan

Avatar

KOMPARASI.ID Delapan tenaga honorer di SDN 56 Kota Timur, Kota Gorontalo, menghadapi ketidakpastian setelah gaji mereka selama tiga bulan, Oktober hingga Desember 2024, tak kunjung dibayarkan.

Mereka terdiri atas lima guru, seorang satpam, seorang operator, dan seorang petugas kebersihan.

Ketiadaan gaji ini menjadi pukulan telak, terutama bagi mereka yang mengandalkan penghasilan tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.

Lavenia Dunggio, seorang guru honorer, merasakan langsung dampak penundaan ini. Sebagai tulang punggung keluarga, Nia sapaan akrabnya, terpaksa meminjam uang demi bisa berangkat ke sekolah.

“Terkadang saya harus meminjam uang untuk membeli bensin agar bisa ke sekolah,” ujarnya, Selasa (7/1/2025).

Nia biasanya menyisihkan sebagian gajinya untuk membantu ibunya. Namun, tanpa gaji, ia kini bergantung sepenuhnya pada penghasilan suaminya, yang juga seorang tenaga honorer daerah.

“Kami harus mengatur keuangan sehemat mungkin untuk kebutuhan anak kami,” katanya.

Hal serupa dirasakan Nira Nakulo, guru honorer lainnya. Meski belum berkeluarga, ia merasa terbebani secara psikologis dan finansial.

“Tidak mungkin saya terus meminta uang kepada orang tua di usia saya sekarang,” keluh Nira.

Upaya mencari solusi telah dilakukan oleh para honorer. Mereka menyuarakan persoalan ini melalui media sosial hingga akun resmi partai politik, tetapi hingga kini belum ada tanggapan berarti dari pihak terkait.

Dana BOS Hilang

Masalah ini bermula pada 7 September 2024, ketika dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) senilai Rp69 juta dilaporkan hilang dari rekening Bank SulutGo.

Dana tersebut seharusnya digunakan untuk membayar gaji tenaga honorer serta operasional sekolah selama tiga bulan terakhir. Menurut laporan, dana itu hilang pada pukul 04.00 WITA.

Hilangnya dana BOS ini mengungkap celah dalam pengelolaan keuangan sekolah, terutama terkait sistem keamanan dan pengawasan.

Jika tidak segera ditangani, kejadian serupa dapat menimbulkan efek, mulai dari terganggunya operasional sekolah hingga menurunnya kesejahteraan para tenaga honorer.

Meski dihimpit persoalan finansial, Nia tetap menunjukkan komitmennya sebagai pendidik.

“Saya akan terus mengajar meskipun tidak digaji. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,” tegasnya.

Kejadian ini menuntut perhatian serius dari pemerintah daerah dan otoritas terkait untuk mengusut tuntas kasus dana BOS yang hilang, sekaligus memastikan hak tenaga honorer tetap terlindungi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *