Kurban dan Komitmen Sosial DPRD Provinsi Gorontalo di Idul Adha 1446 H

Avatar
Pantia Kurban Idul Adha 1446 H, di DPRD Provinsi Gorontalo
Pantia Kurban Idul Adha 1446 H, di DPRD Provinsi Gorontalo

KOMPARASI.ID – Di halaman Kantor DPRD Provinsi Gorontalo, suasana Idul Adha terasa tak sekadar seremoni keagamaan.

Minggu, (8/6/2025), di tengah suasana lebaran yang masih hangat, Sekretariat DPRD Provinsi Gorontalo menyembelih 12 ekor sapi kurban sebagai bagian dari tradisi tahunan yang sekaligus memuat makna sosial.

Momentum kurban kali ini membawa misi lebih dari sekadar ibadah: memperkuat kedekatan institusi legislatif dengan masyarakat luas, termasuk mereka yang kerap luput dari perhatian publik.

Akristianto Ahmad, Ketua Panitia Kurban Idul Adha di lingkungan sekretariat, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk syukur dan kepedulian sosial lembaga.

“Alhamdulillah, hari ini kami melaksanakan penyembelihan 12 ekor sapi. Jumlahnya memang turun dari tahun lalu yang mencapai 16 ekor, tapi kualitas hewannya meningkat cukup signifikan,” katanya.

Penurunan jumlah kurban tahun ini, menurutnya, disebabkan oleh pengurangan tenaga outsourcing di sekretariat.

Namun di tengah keterbatasan itu, panitia memilih untuk memperbesar bobot dan kualitas hewan kurban, sebagai bentuk keseriusan dalam memberikan yang terbaik kepada masyarakat.

Distribusi daging kurban dilakukan secara menyeluruh, mulai dari ASN dan pegawai tidak tetap, hingga petugas kebersihan, Satpol PP, security, dan jurnalis yang sehari-hari berinteraksi dengan DPRD.

Tapi lebih dari itu, panitia memperluas cakupan ke wilayah pinggiran dan kelompok rentan.

“Sebagian daging akan kami bagikan ke warga di daerah Puncak Botu dan anak-anak panti asuhan,” tambah Akristianto. Wilayah tersebut dikenal sebagai daerah dengan akses sosial dan ekonomi terbatas.

Tradisi kurban ini bukan semata rutinitas keagamaan. Bagi DPRD Provinsi Gorontalo, ini menjadi bagian dari agenda sosial tahunan yang memperlihatkan bagaimana sebuah lembaga publik mencoba menjalin kedekatan nyata dengan masyarakat.

Dalam konteks ini, daging kurban menjadi medium diplomasi sosial. Menyentuh mereka yang sering luput dari wacana pembangunan, anak-anak panti, tenaga outsourcing, warga kampung yang jauh dari pusat kota.

Di tengah berbagai tuntutan terhadap lembaga legislatif untuk lebih dekat dan responsif terhadap masyarakat, kegiatan semacam ini menjadi salah satu cara mengikis jarak antara institusi dan publiknya.

“Harapannya, kegiatan seperti ini tidak hanya membawa berkah, tapi juga mempererat silaturahmi dan kepercayaan antara DPRD dan masyarakat Gorontalo,” tutup Akristianto.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *