Event  

Lukisan Nani Wartabone dari Limbah Kulit Jagung Karya Rifaldi Bempah Jadi Daya Tarik di Pameran Mopobibi

Avatar
Keterangan Foto : Lukisan Pahlawan Nasional, berbahan kulit Jagung Karya Seniman Gorontalo
Keterangan Foto : Lukisan Pahlawan Nasional, berbahan kulit Jagung Karya Seniman Gorontalo

KOMPARASI.IDPameran Mopobibi Volume III, yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (HMDKV) Universitas Ichsan Gorontalo pada 19-21 Desember 2024, menjadi momen penting bagi dunia seni di Gorontalo.

Salah satu karya yang menarik perhatian pengunjung adalah lukisan berbahan dasar limbah kulit jagung, karya seniman muda asal Gorontalo, Moh. Rifaldi Bempah.

Rifaldi, yang telah lama tertarik pada seni sejak duduk di bangku SMP, menciptakan sebuah lukisan yang mengangkat sosok pahlawan nasional asal Gorontalo, Nani Wartabone, dengan ekspresi wajah tegas dan karismatik.

Lukisan ini tidak hanya sekadar menggambarkan tokoh sejarah, tetapi juga memberikan sentuhan yang lebih hidup dengan mengangkat kearifan lokal Gorontalo melalui media yang tidak biasa.

Sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Indonesia, Gorontalo memiliki hubungan yang sangat erat dengan pertanian jagung.

Hanya saja, banyak limbah kulit jagung yang terbuang begitu saja. Melihat potensi yang terabaikan ini, Rifaldi pun berinisiatif mengolah kulit jagung menjadi bahan dasar lukisan yang penuh makna.

“Saya melihat kulit jagung yang biasanya dibuang oleh petani, dan berpikir bagaimana mengolahnya menjadi karya seni yang bisa lebih bernilai. Jagung bukan hanya tanaman, tetapi juga simbol keberlanjutan hidup bagi masyarakat Gorontalo,” ujar Rifaldi saat ditemui di pameran Mopobibi Volume III.

Melalui karya ini, Rifaldi ingin menunjukkan bagaimana seni bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan keindahan dan karakter unik Gorontalo kepada dunia luar.

“Penggunaan kulit jagung dalam seni lukis bukan hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap alam, tetapi juga sebagai cara untuk memperkenalkan keindahan dan karakter unik Gorontalo,” tambahnya.

Proses penciptaan lukisan ini tidaklah mudah. Rifaldi mengumpulkan kulit jagung dari petani di Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, yang kemudian dipilih dan diproses dengan cara yang sangat teliti.

“Proses pembuatan lukisan ini memakan waktu sekitar dua minggu, mulai dari memilah kulit jagung yang tepat hingga proses pewarnaan,” ungkap Rifaldi.

Untuk memberi warna pada kulit jagung, Rifaldi menggunakan teknik merebus kulit jagung dengan bahan pewarna alami, Wantex.

“Ada delapan warna yang dihasilkan, dari yang gelap hingga terang. Warna gelap seperti hitam didapatkan dengan merebus kulit jagung lebih lama,” jelasnya.

Proses pewarnaan ini cukup rumit, karena ia harus menentukan waktu yang tepat untuk mengangkat kulit jagung agar warna yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

Selain pewarnaan, tantangan lainnya adalah bagaimana meluruskan potongan-potongan kulit jagung yang menjadi keriting setelah direbus.

“Setelah kulit jagung diwarnai, bentuknya tidak beraturan, jadi saya harus merapikannya dengan cara dicatok agar lebih mudah ditempel di kanvas,” tambahnya.

Rifaldi berharap karyanya dapat menginspirasi orang lain untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan sumber daya alam dan pelestarian warisan budaya.

“Lukisan ini bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa mengolah sumber daya alam secara berkelanjutan,” ujarnya.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *