Didit Hediprasetyo dan Diplomasi Politik di Hari Raya

Avatar

KOMPARASI.IDPutra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, menarik perhatian publik dengan serangkaian pertemuan dengan tokoh-tokoh politik senior Indonesia.

Langkah ini dinilai sebagai cerminan dari strategi politik sang ayah yang berupaya merangkul berbagai kalangan.

Dalam perayaan Idul Fitri, Didit bertemu dengan tiga mantan presiden—Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, dan Megawati Soekarnoputri.

Langkah ini menimbulkan spekulasi terkait perannya dalam membangun komunikasi lintas partai dan fraksi politik.

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menilai bahwa pola komunikasi semacam ini baru pertama kali terlihat dari keluarga presiden.

“Momentum Idul Fitri bisa menjadi alasan utama pertemuan ini, namun tidak bisa dilepaskan dari dimensi politik,” ujarnya, dikutip dari Pontianak Post.

Menurut Wasisto, Didit berpotensi menjadi simbol diplomasi politik ayahnya. Kehadirannya di kediaman Megawati, yang berada di luar koalisi pemerintahan, memperkuat anggapan ini.

“Presiden Prabowo telah menyatakan keinginannya untuk merangkul semua elite politik. Dalam konteks ini, Didit bisa dipandang sebagai representasi simbolis dari upaya tersebut,” tambahnya.

Meski demikian, efektivitas Didit sebagai jembatan politik masih harus diuji. Wasisto menekankan bahwa peran ini masih dalam tahap awal, tetapi bisa menjadi fondasi penting dalam meredakan tensi politik antar-elite.

“Setidaknya, ia telah membuka jalur komunikasi yang sebelumnya tertutup,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, mengapresiasi langkah Didit. Ia menilai pertemuan ini menunjukkan bahwa keberagaman politik dapat menjadi kekuatan, terlebih dalam momentum Lebaran.

“Inisiatif Didit bertemu Megawati menunjukkan bahwa di atas semua perbedaan politik, kepentingan bangsa tetap menjadi prioritas utama,” ujarnya.

Eddy juga mendukung komitmen Presiden Prabowo untuk menggandeng berbagai elemen dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

“Ini bukan soal koalisi atau oposisi, tetapi tentang memastikan kebijakan pemerintah tetap berpihak pada rakyat,” tambahnya.

Dengan latar belakangnya di dunia fashion, peluang Didit untuk terjun ke politik praktis juga menjadi sorotan. Sebagai putra presiden ke-8 dan cucu presiden ke-2, ia dinilai memiliki modal politik yang cukup kuat.

“Namun, semua tergantung pada peran yang akan diberikan oleh ayahnya di masa depan,” kata Wasisto.

Di tengah dinamika politik yang terus berkembang, langkah Didit dinilai sebagai upaya menurunkan ketegangan sekaligus membangun komunikasi lintas kubu.

Jika stabilitas politik terjaga, diharapkan demokrasi yang berkualitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dapat terwujud.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *