Drainase Tanpa Muara, Ridwan Monoarfa: Ini Soal Nyawa Warga, Bukan Sekadar Proyek

Avatar
Keterangan : Ridwan Monoarfa, meninjau drainase bermasalah di Dusun Hulapa . (Foto : Humas DPRD Provinsi Gorontalo)
Keterangan : Ridwan Monoarfa, meninjau drainase bermasalah di Dusun Hulapa . (Foto : Humas DPRD Provinsi Gorontalo)

KOMPARASI.ID Warga Dusun Hulapa, Desa Bulalo, Kecamatan Kwandang, Gorontalo Utara, kembali bergulat dengan genangan air yang tak kunjung reda.

Musim hujan tak hanya mendatangkan banjir, tapi juga rasa frustasi. Sebab, drainase yang dibangun pemerintah justru berakhir di halaman dan kebun penduduk.

“Aspirasi kami belum diperjuangkan. Drainase dibangun tapi tidak sampai ke pembuangan akhir. Hujan sedikit saja, rumah kami terendam,” keluh Sarman Pulone, warga setempat, kepada tim DPRD Provinsi Gorontalo yang datang meninjau langsung, Selasa (1/7/2025).

Kehadiran Wakil Ketua I DPRD Provinsi Gorontalo dari Fraksi NasDem, Ridwan Monoarfa, memberi sedikit harapan. Ia menyatakan bahwa sistem drainase di Dusun Hulapa tak hanya janggal, tapi juga berbahaya.

“Drainase ini berhenti di halaman orang. Harusnya berakhir di muara sungai atau laut. Panjang saluran yang belum tersambung sekitar satu kilometer,” jelas Ridwan kepada wartawan usai peninjauan.

Masalahnya tidak berhenti pada desain yang setengah jalan. Koordinasi antarlevel pemerintahan juga menjadi batu sandungan klasik.

Menurut Ridwan, kendati proyek ini berada di bawah kewenangan kabupaten, bukan berarti provinsi harus lepas tangan.

“Kalau kabupaten tidak punya anggaran, Pemprov harus diajak bicara. Warga kabupaten adalah bagian dari provinsi juga. Kita tak bisa biarkan ini berlarut,” tegasnya.

Ridwan juga menekankan bahwa drainase bukan soal proyek fisik semata, melainkan menyangkut keselamatan warga.

Ia berjanji akan membawa persoalan ini ke tingkat pembahasan lebih lanjut dan mendorong sinergi antara pemerintah daerah dan provinsi untuk menyelesaikannya.

“Kita tidak boleh menormalisasi banjir sebagai rutinitas. Ini persoalan mendasar dan harus dicarikan solusi permanen,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *