Ridwan Monoarfa: Jangan Biarkan Nelayan Kehilangan Arah Hidup

Avatar
Ridwan Monoarfa, melakukan kunjungan kerja ke Dusun Hulapa, Desa Bulalo (foto : Humas DPRD Provinsi Gorontalo)
Ridwan Monoarfa, melakukan kunjungan kerja ke Dusun Hulapa, Desa Bulalo (foto : Humas DPRD Provinsi Gorontalo)

KOMPARASI.ID Wakil Ketua I DPRD Provinsi Gorontalo, Ridwan Monoarfa, tampak gelisah saat berbincang dengan nelayan di Dusun Hulapa, Desa Bulalo, Kecamatan Kwandang, Gorontalo Utara, Selasa (1/7/2025).

Kunjungan itu bukan seremonial biasa. Ia datang untuk mendengar langsung keluhan mereka yang hidup sepenuhnya dari laut, namun terjebak dalam kemiskinan struktural akibat minimnya dukungan fasilitas.

“Saya di DPRD mitranya Dinas Perikanan dan Kelautan, jadi harus lihat langsung kehidupan nelayan di sini,” ujar Ridwan kepada wartawan.

Salah satu keluhan yang mencuat adalah persoalan pengolahan hasil laut, khususnya ikan teri yang dalam bahasa lokal disebut Balawo. Di dusun ini, pengeringan Balawo masih sepenuhnya bergantung pada sinar matahari.

Di musim hujan atau cuaca mendung, proses bisa mandek berhari-hari.

“Kalau pengeringan masih pakai cara tradisional, butuh matahari berhari-hari. Kalau mendung atau musim hujan? Prosesnya jadi lama. Ini menghambat mereka untuk bisa memasarkan hasil olahan,” kata Ridwan.

Masyarakat meminta agar pemerintah menyediakan alat pengering modern yang tidak bergantung pada cuaca.

Teknologi itu dianggap penting untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kualitas hasil olahan laut.

“Kita akan cari solusi supaya pengolahan lebih cepat dan pasarnya juga bisa bergerak. Ini aspirasi utama mereka,” imbuhnya.

Selain pengolahan ikan, masalah mendasar lainnya adalah minimnya armada laut. Dari total kebutuhan lebih dari 10 unit perahu, pemerintah hanya merealisasikan satu unit pada 2023.

Padahal, hampir seluruh warga Dusun Hulapa berprofesi sebagai nelayan.

“Ini jelas tidak cukup. Mereka bukan nelayan paruh waktu. Laut adalah kehidupan utama mereka,” tegas Ridwan.

Akibatnya, banyak dari mereka terpaksa menjadi petani musiman saat fasilitas melaut tidak tersedia. Padahal, identitas sosial dan ekonomi mereka berakar dari laut, bukan darat.

“Jangan sampai karena tidak ada perahu dan jaring, nelayan kehilangan arah hidup,” ujarnya.

Ridwan juga menyampaikan bahwa pemerintah pusat sebenarnya memiliki program Desa Nelayan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Program itu mencakup bantuan perahu, budidaya ikan, hingga pengolahan hasil laut. Namun, implementasinya di daerah, khususnya Gorontalo Utara, belum merata.

Sebagai mitra kerja eksekutif, Ridwan berkomitmen untuk mengawal langsung aspirasi tersebut hingga masuk ke prioritas pembangunan daerah.

“Kami adalah penyambung lidah masyarakat. Soal perahu, alat tangkap, dan pengering ikan ini akan kami bawa ke meja kebijakan,” pungkasnya.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *