KOMPARASI.ID – Suara mesin dua tak meraung sejak pagi di Lapangan Alun-Alun Bone Bolango. Kabut tipis belum sepenuhnya menguap ketika ribuan skuter mulai berbaris.
Dari berbagai penjuru Sulawesi hingga luar pulau, para scooterist datang membawa semangat yang sama. menjelajah, berjejaring, dan merayakan budaya.
Selama tiga hari, 4 hingga 6 Juli 2025, Celebes Scooter Party XVIII (CSP-18) digelar bukan semata festival otomotif.
Ia menjadi ruang temu lintas komunitas, ruang hidup bagi warisan lokal yang berpadu dengan raungan mesin dan tawa akrab komunitas Vespa.
Tema besar tahun ini “Menyatukan Roda dan Budaya: Vespa Menjelajah Warisan Bangsa dan Pesona Nusantara.” Bukan sekadar slogan, tema itu menjelma nyata dalam detail setiap kegiatan.
Tak lama setelah registrasi peserta, panggung dibuka oleh peragaan busana Karawo tenun sulam khas Gorontalo yang ditampilkan lewat kolaborasi Dinas Pariwisata Bone Bolango dan komunitas lokal.
Di antara tenda-tenda Vespa klasik, para model berjalan dengan anggun membawakan motif yang tak hanya indah, tapi juga memuat kisah tentang laut, hutan, dan ingatan budaya Gorontalo.
Sebuah peristiwa langka mode tradisional bersanding mesra dengan dunia otomotif.
Budaya tak berhenti di sana. Tarian daerah dan seni tutur Tuja’i dipentaskan oleh pelajar muda, menghadirkan semangat lokal di tengah panggung nasional.
Sorak peserta bukan karena selebrasi semata, tetapi kekaguman, betapa budaya bisa hidup berdampingan dengan dunia komunitas modern.
Di sisi lapangan, geliat ekonomi menggeliat. Booth-booth UMKM menyajikan bagea, kopi bubuk, suvenir anyaman, hingga minuman khas daerah.
Aroma kopi bercampur dengan oli Vespa kombinasi yang aneh tapi hangat. Banyak peserta memesan produk dalam jumlah besar, bahkan membuka peluang distribusi lintas kota.
“Yang biasanya sepi, hari ini ludes,” kata seorang pelaku UMKM dari Kabila sambil membungkus pesanan.
Solidaritas juga hadir dalam bentuk lain. PMI mencatat donor darah selama kegiatan ini melampaui target harian.
Sementara itu, satu unit Vespa dilelang terbuka dan laku Rp16 juta oleh peserta asal Ternate.
Seluruh hasil dilelang disumbangkan untuk kegiatan sosial di Gorontalo. Dari sebuah motor tua, lahir harapan baru bagi sesama.
Namun daya tarik utama tetap tak tergantikan, Rolling Thunder, konvoi Vespa massal yang menyusuri jalur-jalur bersejarah Gorontalo.

Iring-iringan ratusan skuter melintasi Benteng Ulantha, Danau Perintis, hingga kawasan Taruna Remaja lokasi yang menyimpan jejak perjuangan rakyat.
Warga menyambut dari tepi jalan, anak-anak melambaikan tangan, dan klakson bersahut-sahutan.
Dalam kecepatan rendah itu, terselip rasa memiliki yang tak terucapkan bahwa ruang dan sejarah bisa dimiliki bersama lewat perjalanan roda dua.
Saat malam tiba, lapangan berubah menjadi arena musik. Band lokal seperti Sedjiwa, El-Meler, Kita Orang Timur, hingga DJ Iwan dan Jarang Break tampil memecah sunyi malam.
Tawa, dansa kecil, dan obrolan panjang bersatu di bawah lampu sorot dan langit Gorontalo yang hangat.
Puncak acara ditutup dengan pengundian dua unit Vespa. Bang Ririn dan Bang Jems Yusuf dari Toli-Toli menjadi yang beruntung.
Namun pada dasarnya, semua peserta pulang membawa sesuatu entah itu cerita, pertemanan, atau rencana perjalanan baru.

Wakil Gubernur Gorontalo, Idah Syahidah Rusli Habibie, menyebut CSP-18 sebagai momentum strategis untuk mempromosikan budaya dan pariwisata daerah.
Ketua panitia, Yakop Mahmud, menegaskan bahwa CSP-18 bukan sekadar ajang motor.
“Kami sedang menyatukan daerah-daerah dalam satu lintasan solidaritas,” tuturnya.
Celebes Scooter Party tahun ini menegaskan bahwa komunitas Vespa bukan sekadar pecinta mesin tua.
Mereka adalah simpul sosial yang menjahit ekonomi kecil, merawat budaya, dan menyebar solidaritas dengan cara mereka sendiri.
Mesin kanan bukan sekadar kebiasaan berkendara. Ia adalah penanda arah, identitas komunitas, dan semangat kolektif yang terus menyala.
Sampai jumpa di CSP XIX, tahun depan di Sulawesi Selatan. Mesin tetap menyala. Solidaritas tak pernah padam.