Hababa Kopi Jemput Peluang: Dari Dapur Ipilo ke Kampus UNG

KOMPARASI.ID Sore di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) terasa lebih santai dari biasanya.

Di bawah rindangnya pohon depan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), beberapa mahasiswa tampak menikmati segelas kopi dingin dalam cup plastik sederhana bertuliskan Hababa Kopi.

Tak ada mesin espresso, tak ada bunyi gilingan biji kopi. Hanya mobil Avanza dengan bagasi terbuka, tempat sejumlah cup kopi dingin tersusun rapi, siap dibagikan kepada penikmatnya.

Itulah cara Hababa Kopi bekerja, sederhana, praktis, tapi penuh karakter.

Semua racikan dibuat lebih dulu di dapur mereka yang beralamat di kampung bugis jl. tribrata kota gorontalo, Kelurahan Ipilo, Kota Gorontalo, sebelum dibawa langsung ke kampus.

“Kami tidak bawa alat berat, cukup kopi siap saji yang sudah diracik dari dapur Hababa,” ujar Fandy Muda, sang owner Hababa Kopi, sambil menata cup yang baru keluar dari cooler box.

Hababa bukan pemain baru dalam dunia kopi lokal. Brand ini dikenal dengan karakter rasa yang terinspirasi dari Timur Tengah wangi rempah, sentuhan manis, dan rasa yang kuat namun tetap ringan di lidah.

Baca Juga :  Warkop Rizki Pesona Nongkrong di Tangga 2.000 dengan View Laut yang Memukau

Di tengah ramainya warung kopi modern di kota, Fandi memilih cara yang berbeda, membawa kopi langsung ke kampus, menemui mahasiswa di sela-sela aktivitas mereka.

“Ramainya penjual kopi di tepi jalan kota bukan halangan. Justru itu tantangan. Kami ingin Hababa hadir di kalangan mahasiswa, karena di sana ada energi muda dan peluang untuk membangun pasar baru,” ujarnya.

Langkah Hababa masuk ke lingkungan kampus UNG bukan tanpa dukungan. Ia menyebut, kehadirannya difasilitasi oleh teman sejawatnya, Fandy Nugroho Musa, dosen muda di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Baca Juga :  Es Lumut Minuman Segar dan Estetik untuk Takjil Buka Puasa

Fandy yang dikenal aktif mendorong mahasiswa menghadirkan UMKM di kampus, melihat langkah Hababa sebagai contoh nyata sinergi antara dunia usaha dan dunia akademik.

“Mahasiswa perlu melihat langsung bagaimana usaha bisa dijalankan dengan sederhana tapi kreatif. Hababa membawa contoh itu,” kata Fandy.

Kehadiran Hababa di kampus pun tak sekadar berjualan. Mereka juga ingin memberi inspirasi bagi mahasiswa agar berani mencoba.

Dari dapur kecil di Ipilo, Hababa kini berani keluar menjangkau pasar yang lebih luas.

Konsep mobile serving dari bagasi mobil menjadi simbol fleksibilitas dan efisiensi, sesuatu yang sangat relevan dengan semangat wirausaha muda.

“Yang penting bukan besar alatnya, tapi kuat rasanya dan tulus pelayanannya,” kata Fandi Muda sembari tersenyum, menutup bagasi mobilnya yang kini sudah mulai kosong karena semua kopi habis terjual.

Sore itu, mahasiswa masih terlihat duduk santai dengan cup kopi di tangan. Beberapa tertawa, beberapa sibuk bercerita.

Baca Juga :  Fun Run 5K Gorontalo Jadi Panggung Komunitas dan Budaya Lokal

Di tengah suasana itu, aroma manis dari Hababa Kopi seolah jadi pengingat, bahwa dari dapur kecil di Ipilo, secangkir semangat bisa lahir dan mengalir hingga ke kampus.

l

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *