KOMPARASI.ID – Kepala Bank SulutGo (BSG) dan pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 56 Kota Timur, Kota Gorontalo saling melempar tanggung jawab terkait hilangnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Kasus ini mencuat dalam rapat yang berlangsung di ruang aula DPRD Kota Gorontalo pada Senin (13/2/2025).
Kepala Cabang BSG, Frida Pakaya, menjelaskan bahwa berdasarkan investigasi internal, transaksi yang dilakukan pihak sekolah merupakan transaksi yang sah dan normal.
“Kami sudah menyampaikan kepada dinas dan inspektorat bahwa transaksi tersebut dilakukan dengan user Kasda yang benar dan resmi terdaftar. Tidak ada indikasi anomali atau keanehan,” katanya.
Namun, Frida mengungkapkan adanya temuan bahwa user checker dan maker menggunakan kata sandi yang sama, sehingga memudahkan pihak tertentu untuk login dan melakukan transaksi.
Sementara itu, Kepala SDN 56 Kota Timur, Hardoni Biludi, jika disampaikan BSG bahwa Checker dan Maker menggunakan kata sandi yang sama sekiranya tidak demikian, sebab Checker, maker hingga approval memiliki sandi berbeda.
Dirinya juga menjelaskan prosedur pencairan dana BOS yang seharusnya dilakukan melalui beberapa tahapan.
“Meski dana BOS dari Kementerian langsung masuk ke rekening sekolah, namun setiap transaksi pencairan tetap harus melalui tahapan yang ketat,” ujarnya.
Ia memaparkan bahwa proses pencairan dimulai dari maker atau operator sekolah yang bertugas menginput transaksi, seperti contoh pembayaran listrik, ke dalam sistem.
Selanjutnya, data tersebut diverifikasi oleh kepala sekolah (checker). Setelah disetujui, tahapan berlanjut ke bendahara sekolah (approval), yang kemudian meminta token dari BSG untuk menyelesaikan transaksi.
“BSG mengirimkan token enam digit melalui SMS ke ponsel bendahara. Token ini diinput ke sistem sebagai langkah akhir pencairan. Prosesnya cukup panjang, apalagi jika jaringan lambat,” jelas Hardoni.
Namun, Hardoni menegaskan bahwa pihak sekolah tidak pernah melakukan tahapan-tahapan tersebut terkait hilangnya dana BOS. Bahkan, ia menyebut dana hilang pada hari libur, yaitu Sabtu dini hari.
“Selama menggunakan Kasda Online sejak 2020, kami tidak pernah melakukan transaksi pada hari libur. Kasus ini terjadi di luar prosedur yang seharusnya kami jalani,” tegasnya.
Ia juga menuding BSG seolah melepaskan tanggung jawab. “Uang sekolah kami simpan di rekening mereka. Seharusnya, mereka bertanggung jawab atas keamanan dana tersebut. Apalagi, akses ke sistem Kasda Online sepenuhnya berada di bawah pengawasan mereka,” katanya.
Ketua Komisi II DPRD Kota Gorontalo, Herman Haluti, turut memberikan pandangannya. Ia menilai hilangnya dana BOS menunjukkan kelemahan sistem keamanan BSG.
“Meskipun pihak BSG menyebut tidak ada anomali pada transaksi, fakta bahwa transaksi dapat terjadi tanpa tahapan yang sesuai menunjukkan sistem mereka rentan diretas,” ujar Herman.
Ia juga menegaskan bahwa kejadian ini mencerminkan lemahnya perlindungan data pada sistem Kasda Online milik BSG.
“Tidak dilaksanakan oleh pihak sekolah tiba-tiba muncul notifikasi bahwa telah terjadi transaksi artinya ini menggambarkan sistem proteksi di BSG itu sendiri lemah,”tuturnya
**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel