Sepi Pembeli Jelang Ramadhan, Pedagang Nanas di Pasar Sentral Gorontalo Resah

Avatar

KOMPARASI.ID Menjelang bulan suci Ramadhan, Sairin (40), seorang pedagang nanas di Pasar Sentral Kota Gorontalo, tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Lapaknya yang biasanya ramai oleh pembeli kini terlihat sepi.

“Tahun ini pedagang susah berjualan, apalagi setelah pasar ini direnovasi,” keluh Sairin saat ditemui di lapaknya, Selasa (25/2/2025).

Sebagai ayah dua anak yang sudah bertahun-tahun mengandalkan penghasilan dari berdagang nanas, kondisi ini jelas membuatnya khawatir.

Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, menjelang Ramadhan adalah masa panen bagi para pedagang nanas.

Banyak masyarakat berburu buah ini untuk diolah menjadi selai, bahan utama pembuatan kue Lebaran seperti nastar.

Namun kini, harapan itu seolah meredup. Jika tahun lalu ia bisa menjual hingga 1.300 biji nanas per minggu, kini jumlahnya anjlok drastis menjadi hanya sekitar 500 biji.

Sairin memilih memasok nanas dari Desa Lobong, Kabupaten Bolaang Mongondow, yang dikenal dengan rasa manisnya.

Ia menyebut, meski ukurannya lebih kecil dibandingkan nanas asal Gorontalo, nanas Lobong lebih banyak dicari karena cocok untuk dijadikan selai.

“Nanas dari Lobong ini memang kecil, tapi rasanya manis, pas untuk kue Lebaran,” jelasnya.

Biasanya, permintaan nanas melonjak sejak awal Ramadhan hingga pertengahan bulan.

Namun, dengan kondisi pasar yang sepi, ia takut dagangannya tak terjual seperti dulu.

Renovasi Pasar Sentral yang seharusnya membawa angin segar bagi para pedagang justru menimbulkan masalah baru.

Menurut Sairin, banyak pelanggan setianya yang kini jarang datang.

Perubahan tata letak kios dan kurangnya sosialisasi diduga membuat masyarakat bingung dan enggan berbelanja.

“Dulu pelanggan saya banyak, sekarang mereka jarang datang. Mungkin karena tidak tahu lokasi kami yang baru,” tuturnya.

Ia dan pedagang lainnya berharap pemerintah segera mencari solusi agar pasar kembali hidup.

Baginya, langkah konkret seperti promosi pasar, peningkatan aksesibilitas, hingga insentif bagi pedagang bisa menjadi jalan keluar.

“Kami para pedagang berharap pemerintah bisa menghidupkan kembali pasar ini seperti dulu,” ucapnya penuh harap.

Ramadhan yang semakin dekat, Sairin masih menggantungkan asa. Ia berharap dalam beberapa minggu ke depan, pembeli kembali berdatangan.

Namun, tanpa perhatian serius dari pemerintah dan dukungan masyarakat, para pedagang kecil seperti dirinya bisa semakin terpuruk.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *