KOMPARASI.ID – Pada 9 Agustus 1863, naturalis Belanda asal Jerman, Carl Benjamin Hermann von Rosenberg, bersiap menuju Danau Limboto.
Dua buloto, perahu tradisional Gorontalo, disediakan oleh penguasa lokal, lengkap dengan barang-barang bawaannya yang sudah rapi.
Keesokan paginya, dalam cuaca cerah, von Rosenberg memulai perjalanan menyusuri Sungai Tapa atau Bolango menuju Danau Limboto.
Perjalanan ini sangat menyenangkan baginya, menikmati setiap momen sebelum mencapai Ayer-Panas pada sore hari.
Perahu buloto yang dinaiki Rosenberg berukuran 4,5 meter panjang dan 50 cm lebar, terbuat dari sebatang pohon tanpa cadik.
Di dalamnya terdapat potongan bambu sebagai dek dengan sebuah kursi panjang di atasnya.
“Perahu dihiasi atap daun woka, bunga, dan kain beraneka warna,” kata Nelson Pomalingo, menceritakan kembali laporan perjalanan Rosenberg, Kamis (6/6/2024).
Dua orang pendayung dan seorang juru mudi menjaga agar perahu tetap melaju menggunakan tiang dan dayung panjang.
Pada pukul 08.30, mereka sampai di titik pertemuan Sungai Tapa dengan kanal Danau Limboto di Desa Potanga, dan tiba di danau pada pukul 09.15.
Rosenberg sangat terkesan saat melalui kanal ini, menikmati setiap kelokannya yang indah. Pemandangan di sisi kiri kanal, dengan bukit menjulang dan lahan pertanian padat, memukau hatinya.
Vegetasi tropis khas di sepanjang kanal, rumah-rumah warga yang berjejer, serta beragam tanaman seperti kelapa, aren, sagu, pinang, papaya, dan pisang raja, menambah kekagumannya.
“Rosenberg mencatat berbagai buah-buahan dan bambu, seperti Bambusa fera dan aspera, serta tebu, jagung, glaga, alang-alang, dan ratusan tanaman lain yang membentuk pemandangan penuh warna,” ujar Nelson.
Catatan perjalanan Carl Benjamin Hermann von Rosenberg di Danau Limboto ini menjadi warisan pengetahuan yang berharga.
Keanekaragaman alam dan budaya yang dicatat oleh naturalis ini memberikan nilai lebih pada Festival Pesona Danau Limboto yang akan digelar pada 22-24 Juni 2024.
“Salah satu catatan Rosenberg adalah perjalanan menuju Ayer-Panas, yang kini dikenal sebagai Pentadio Resort, lokasi festival terbesar di Provinsi Gorontalo,” ungkap Nelson Pomalingo.
Nelson berharap masyarakat Gorontalo dapat mengambil hikmah dan ilmu dari perjalanan ilmuwan Belanda ini, mengapresiasi kekayaan alam dan budaya yang ada di Danau Limboto.