KOMPARASI.ID – Polemik seputar hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank SulutGo (BSG) memunculkan respons keras dari sejumlah kepala daerah di Provinsi Gorontalo.
Kekecewaan ini mencuat setelah usulan untuk menempatkan perwakilan Gorontalo di jajaran komisaris BSG ditolak, yang memicu wacana serius tentang pembentukan lembaga keuangan alternatif Bank Rakyat Gorontalo.
Wakil Ketua I DPRD Provinsi Gorontalo, Ridwan Monoarfa, menyampaikan bahwa ungkapan seperti “dorang pe Bank” sebagai sindiran terhadap dominasi pemegang saham dari Sulawesi Utara, tidak sekadar gertakan emosional.
Ia menilai reaksi tersebut sebagai bentuk perlawanan politik yang mencerminkan keinginan kuat untuk memperjuangkan kemandirian fiskal Gorontalo.
“Saya memahami betul semangat beberapa kepala daerah senior kita. Mereka bukan hanya kecewa, mereka adalah para petarung yang ingin mewujudkan gagasan besar, membentuk Bank Gorontalo,” ujar Monoarfa dalam keterangannya kepada media.
Menurutnya, jika pemegang saham pengendali BSG tidak merespons aspirasi Gorontalo secara proporsional, maka wacana pembentukan Bank Rakyat Gorontalo bisa menjadi alternatif nyata.
Lebih dari sekadar reaksi emosional, Monoarfa mendorong agar ide tersebut dikaji secara ilmiah, termasuk potensi manfaat ekonominya bagi daerah.
“Bank ini nantinya bisa menjadi motor penggerak ekonomi daerah, terutama dalam pengelolaan fiskal lokal. Kita perlu kaji, apakah Bank Rakyat Gorontalo akan berdampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kita,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga prinsip keadilan dalam pengelolaan BSG sebagai bank milik bersama.
“Kita tidak boleh larut dalam hasil RUPS kemarin. Namun, pesan penting harus sampai ke pengendali saham mayoritas, jangan membuat keputusan yang memberi kesan bahwa Gorontalo tidak dihitung, Kalimat Kitorang Samua Basudara jangan hanya menjadi slogan kosong tanpa makna.”tegas Ridwan
**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel