Kawsar Coffee, Tempat Anak Muda Menyeduh Cerita di Jantung Gorontalo

Avatar

KOMPARASI.ID Pada malam yang lengang, di sebuah sudut jalan Jamaludin Malik, Gorontalo, lampu-lampu warkop itu kembali menyala.

Aroma kopi menyeruak dari balik bar kecil, menyambut siapa saja yang melangkah masuk dengan alasan sekadar rehat atau mencari tenang.

Nama kedainya Kawsar. Bukan pendatang baru di jagat perkopian Gorontalo. Tapi nyaris tak ada yang menyangka bahwa kedai ini akan hidup lagi setelah sempat menutup diri menjelang Ramadan 2025 lalu.

Bagi Noerdjana Matoka, sang pemilik, Kawsar bukan sekadar warkop. Ia adalah narasi panjang tentang ketekunan, kehilangan, dan semangat untuk bertahan.

Petugas Balai Kekarantinaan Kesehatan itu menyebut, Warkop Kawsar pertama kali dibuka pada malam Lailatul Qadar 2016 malam yang oleh masyarakat Gorontalo disebut juga malam pasang lampu.

Bagi Noerdjana, malam itu bukan hanya sakral, tapi juga momentum awal sebuah perjalanan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Saya tidak tahu apa-apa soal kopi saat itu,” katanya pelan. Tapi malam itu ia mengambil langkah besar, membuka sebuah kedai di beranda rumah orang tuanya yang mulai sepi.

Barista pertamanya tiga orang, Yunan, Aldo, dan satu sosok yang dikenal dengan nama panggilan Korsel.

Dari ketiganya, hanya Korsel yang bertahan sampai warkop itu terpaksa berhenti beroperasi di awal 2025.

Nama “Kawsar” dipilih dari salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an. Tapi dengan sengaja, kata “Al” dihapus.

“Saya ingin agar orang tak langsung mengira ini tempat ngopi yang eksklusif religius,” kata Noerdjana

Logo awalnya sederhana, latar hitam dan gambar cangkir. Tapi seperti warkopnya, logo itu pun berevolusi.

Keterangan: Logo Baru Kawsar Coffee
Keterangan: Logo Baru Kawsar Coffee

Kini, tulisan “Kawsar” melayang di atas ilustrasi biji kopi, mencerminkan semangat baru yang lebih segar, tapi tetap membumi.

Desain ruang pun berubah. Kali ini, Kawsar menggandeng mahasiswa arsitektur untuk menata ruang duduk yang lebih nyaman.

Ada tiga area utama, sisi kanan Bar, ruang depan bar, dan teras menghadap trotoar.

“Biar orang bisa ngopi sambil lihat jalan,” ujar Noerdjana.

Saat Korsel memutuskan membangun usaha kopi sendiri Oto Kopi, Kawsar sempat vakum selama dua bulan.

Tapi jeda itu bukan akhir. Justru dari sana, Noerdjana menggodok ulang konsep dan mimpi.

Kini, Kawsar hadir dengan wajah baru, tapi tetap mengusung prinsip lama, “Traditional Taste, Premium Brand.” Semua alat disiapkan secara tradisional, tapi kualitas bahan yang tetap premium.

Di 21 Juli 2025, dua menu baru lahir, Butter Scout dan Iced Kopi Gula Aren, keduanya berbasis kopi blend lokal.

Kopi dari Pinogu dan Toraja tetap menjadi andalan, diseduh dengan metode manual brew yang telaten.

Rentang harga minuman pun ramah kantong, antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. Bagi Noerdjana, yang kini mengelola Kawsar tanpa kolaborasi bisnis mana pun, itu bagian dari strategi agar tetap relevan dengan pasar utama mereka, anak muda.

“Gen Z itu menarik. Saya banyak belajar dari mereka juga,” ujarnya.

Ia tak sungkan memberi ruang belajar kepada para baristanya yang rata-rata mahasiswa tingkat akhir. “Bukan cuma kerja, tapi tempat belajar bareng.”katanya.

Keterangan: Etalase Produk UMKM di Kawsar Coffee
Keterangan: Etalase Produk UMKM di Kawsar Coffee

Kawsar tak hanya menjual kopi. Ia membuka etalase bagi UMKM lokal. Ada roti, es teler, hingga kacang-kacangan semua ditata di etalase. Syaratnya jelas, punya NIB, halal, dan lolos survei tim Kawsar.

Ruang dalam kedai juga jadi galeri kecil. Teman SMA Noerdjana yang hobi menggambar kini rutin memajang lukisan di dinding.

“Saya percaya, teman dan komunitas itu kekuatan besar,” katanya.

Setiap enam bulan, menu di Kawsar dievaluasi. Minuman yang tak laku, dicoret. Yang baru, diuji coba lewat sesi tester bersama pelanggan tetap.

Sementara itu, hubungan dengan Korsel tetap hangat. Ia masih melatih barista-barista baru di sela kesibukan mengelola kedai sendiri.

Kawsar buka mulai pukul 10 pagi hingga lewat tengah malam. Tapi esensinya lebih dari sekadar jam buka.

Ia adalah rumah kecil yang menolak padam. Yang lahir dari malam suci, nyaris tenggelam oleh waktu, lalu muncul kembali lebih matang, lebih segar, tapi tetap rendah hati.

Di antara banyak kedai kopi di Gorontalo, mungkin Kawsar bukan yang paling mewah.

Tapi ia punya satu hal yang tak dimiliki semua warkop, sejarah yang diseduh dengan kesabaran.


**Cek berita dan artikel terbaru Komparasi.id dengan mengikuti WhatsApp Channel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *